KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
1.
Filsafat Ketuhanan Dalam Islam
Menurut konsep Islam Tuhan adalah Zat
yang Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa. Ia adalah Pencipta yang Maha Kuasa dan
Maha Tahu. Dia abadi yang menentukan takdir dan hakim semesta Alam. Tuhan dikonseptualisasikan
sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran ada 99 nama untuk Allah.
Nama-nama ini mengingatkan kita akan sifat-sifat Allah. Nama yang paling
terkenal dan sering dipakai ialah “Maha Pengasih” (ar-rahman) dan “Maha
Penyayang” (ar-rahim). Orang Islam percaya bahwa penciptaan alam semesta
dan penguasaannya oleh Allah adalah bukti utama kemurahhatian Allah. Karena
Tuhan muncul dimana pun ia tidak harus menjelma dalam bentuk apapun. Dalam
Al-Quran tertulis, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia
dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui” (QS al-An’am 6:103).
2.
Keimanan Dan Ketaqwaan
a. Keimanan
Menurut (bahasa Arab:الإيمان), secara
etimologis berarti ‘percaya’. Perkataan iman (إيمان) diambil
dari kata kerja ‘aamana’ (أمن) — yukminu’ (يؤمن) yang
berarti ‘percaya’ atau ‘membenarkan’. Para ulama mendifinisikan iman dengan
“Tasdikun Bil Qalbi Wa Qaulu Bil Lisan Wa Amalu Bil Arkan”
Dari hal ini maka sejatinya komponen penyusun keimanan adalah ;
a. Tasdikun Bil Qalbi (Meyakini dalam hati)
b. Qaulu Bil Lisan (Diucapkan dengan lisan/perkataan)
c. Amalu Bil Arkan (Diwujudkan dengan perbuatan).
Dari hal ini maka sejatinya komponen penyusun keimanan adalah ;
a. Tasdikun Bil Qalbi (Meyakini dalam hati)
b. Qaulu Bil Lisan (Diucapkan dengan lisan/perkataan)
c. Amalu Bil Arkan (Diwujudkan dengan perbuatan).
Tanda-tanda orang beriman se[erti di jelaskan dalam al-Qur’an S. Al-Anfal :2-3 dinyatakan
bahwa tanda-tanda orang beriman adalah :
1. idza dzukkirallahu wujilat qulubuhum
2. Idza tuliyat zadat imanuhum
3. wa ala rabbihim ya tawakkalun
4. yuqimunas sholah
5. razaqnahum yungfiqun
1. idza dzukkirallahu wujilat qulubuhum
2. Idza tuliyat zadat imanuhum
3. wa ala rabbihim ya tawakkalun
4. yuqimunas sholah
5. razaqnahum yungfiqun
Perkataan
iman yang berarti ‘membenarkan’ itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya
dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: “Dia (Muhammad) itu membenarkan
(mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman.”
Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman
Hak dan Iman Batil.
Definisi
Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan
dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang – orang beriman adalah mereka
yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka
orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang
memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.
Para
imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti
diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan
kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota.” Aisyah r.a.
berkata: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan
hati dan mengerjakan dengan anggota.” Imam al-Ghazali menguraikan makna iman:
“Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan
mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”
Unsur
– unsur pokok keimanan ( Mahmud Syaltut )
1.
Percaya pada Allah SWT
2.
Percaya pada Rasul Allah SWT
3.
Percaya pada Malaikat dan Kitab Allah SWT
4.
Percaya pada hari kiamat, pokok kewajiban agama serta rela pada ketentuan Allah
SWT.
b.
Ketaqwaan
Taqwa / takwa ,yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun
arti lain dari taqwa adalah:
1.
Melaksanakan segala perintah Allah
2.
Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3.
Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Taqwa
berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. “memelihara diri
dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah” Adapun dari asal bahasa
arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna melindungi sesuatu,
memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan.
Itulah maka, ketika seekor kuda melakukan langkahnya dengan sangat hati-hati,
baik karena tidak adanya tapal kuda, atau karena adanya luka-luka atau adanya
rasa sakit atau tanahnya yang sangat kasar, orang-orang Arab biasa mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj).
Dari
kata waqa ini taqwa bisa di artikan berusaha memelihara dari ketentuan allah
dan melindungi diri dari dosa/larangan allah. bisa juga diartikan berhati hati
dalam menjalani hidup sesuai petunjuk allah.
3. Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam
Kehidupan Modern
a. Pemantapan Iman dan Takwa
Masa depan ditentukan oleh umat yang
memiliki kekuatanbudaya yang dominan. Generasi pelopor penyumbang dibidang pemikiran
(aqliyah), dan pembaruan (inovator), perlu dibentuk di era pembangunan.
Keunggulan generasi pelopor akan di
ukur ditengah masyarakat dengan pengetahuan dan pemahaman (identifikasi) permasalahan yang
dihadapi umat, dengan equalisasi mengarah
kepada kaderisasi(patah
tumbuh hilang berganti). Keunggulan ini di iringi dengan kemampuan
penswadayaan kesempatan-kesempatan. Pentingnya menumbuhkan generasi pelopor
menjadi relevansi tuntutan agama dalam menatap kedepan.
Mantapnya pemahaman agama dan adat budaya (tamaddun) dalam perilaku seharian jadi
landasan dasar kaderisasi re-generasi.Usaha
kearah pemantapan metodologi pengembangan melalui program pendidikan dan
pelatihan, pembinaan keluarga, institusi serta lingkungan mesti sejalin dan sejalan dengan pemantapan
Akidah Agama pada generasi mendatang. Political action berkenaan pengamalan
ajaran Agama menjadi sumber kekuatan besar menopang proses pembangunan
melalui integrasi aktif,
dimana umat berperan sebagai subjek dalam pembangunan bangsa itu sendiri.
b. Melemahnya Jati
Diri
Kelemahan
mendasar ditengah perkembangan zaman adalah melemahnya jati diri, dan kurangnya komitmen kepada nilai
luhur agama yang menjadi anutan bangsa. Isolasi diri karena tidak berkemampuan menguasai “bahasa dunia” (politik, ekonomi,
sosial, budaya, iptek), berujung dengan hilangnya percaya diri. Kurangnya kemampuan dalam penguasaan teknologi
dasar yang akan menopang perekonomian bangsa, dipertajam oleh
kurangnya minat menuntut ilmu, menjadikan isolasi diri masyarakat bertambah
tertutup. Kondisi ini akan menjauhkan peran serta di era-kesejagatan (globalisasi),
dan akhirnya membuka peluang menjadi anak jajahan di negeri sendiri.
Sosialisasi pembinaan jati diri
bangsa mesti disejalankan dengan pengokohan lembaga keluarga (extended family), dan peran serta
masyarakat pro aktif menjaga
kelestarian adat budaya (hidup beradat, di masyarakat Minangkabau adat bersendikan syarak, syarak bersendikan
Kitabullah). Setiap generasi yang di lahirkan dalam satu rumpun bangsa
wajar tumbuh menjadi kekuatan yang peduli dan pro-aktif menopang pembangunan
bangsa.
Melibatkan generasi muda secara aktif
menguatkan jalinan hubungan timbal balik antara masyarakat serumpun di desa dalam tata kehidupan sehari-hari.
Aktifitas ini mendorong lahirnyagenerasi
penyumbang yang bertanggung jawab, di samping antisipasi lahirnya
generasi lemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar