Perbedaan Antara Akhlak dengan Moral dan Etika
Akhlak secara etimologi berasal dari kata Khalaqa, yang
kata asalnya Khuluqun, yang berarti: perangai, tabiat, adat atau Khalqun yang
berarti kejadian, buatan, ciptaan.
Akhlak secara istilah adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan
lagi. Dengan demikian akhlak pada
dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Baik buruk akhlak didasarkan
kepada sumber nilai, yaitu Al-Quran dan Sunnah Rosul.
Disamping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika.
Moral berasal dari bahasa latin mores yang
berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik-buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi
standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan sesuatu
sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, etika lebih banyak dikaitkan
dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu
adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat
teoritis sedangkan moral bersifat praktis.
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat
dilihat dari dasar penentuan atau standar ukurat baik dan buruk yang dugunakannya.
Dalam pandangan islam akhlak merupakan cermin dari apa
yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan
dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata
sehari-hari. Sebagaimana disabdakannya:
“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” (HR.Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari akidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri
seseorang. Atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila
syariat islam telah dilaksanakan berdasarkan akidah.
Indikator manusia
berakhlak (husn al-khuluq) adalah tertanamnya iman dalam hati dan
teraplikasikannya dalam perilaku. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak
(su’al-khuluq) adalah manusia yang ada nifaq (kemunafikan dalam
hatinya. Nifaq adalah sikap mendua terhadap Allah. Tidak ada kesesuaian antara
hati dan perbuatan. Apabila akhlak dipahami sebagai pandangan hidup maka
manusia berakhlak adalah manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajibannya dalam hubungannya dengan Allah, sesama
makhluk, dan alam semesta. Sedangkan
bentuk akhlak terhadap Allah tercermin pada suatu hal yang di cintai Allah
Sebagai hamba Allah,
manusia diwajibkan untuk selalu bersikap tunduk dan patuh terhadap Allah Swt.
Kepatuhan dan ketaatan bukan dipaksa melainkan datang dari kemauan hati, sesuai
dangan dasar akal fikiran yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT dan Allah
tidak menyukai suatu yang berlebih-lebihan.
Ahli
tasawuf mengemukakan bahwa indikator manusia berakhlak, antara lain adalah :
1.
Memiliki budaya malu dalam berinteraksi
dengan sesamanya
2.
jujur dalam ucapannya
3.
Penyabar dan tenang
4.
Hatinya selalu bersama Allah
5.
Ridha terhadap ketentuan Allah
6.
Cinta dan benci karena Allah.
Umat Islam yang dipersiapkan untuk
benar-benar menjadi “Ummatan Wasathan”,
harus dilengkapi dengan tuntunan yang dapat dijadikan alat komunikasi dengan
sesama manusia. Tuntunan itu berupa ajaran akhlak mulia, yang diharapkan untuk
mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Karena itu, sesungguhnya ilmu
komunikasi yang paling hebat adalah ilmu yang didasarkan atas “Al-Akhlaaqul
Kariimah”, yang menjadi pegangan bagi umat Islam, dengan anjuran melakukan
sifat-sifat yang terpuji.
Adapun indikator atau ciri-ciri manusia
yang berakhlak antara lain:
1.
Berbakti kepada kedua orang tua yaitu
membuat kedua orang tua merasa senang dan bahagia atas perbuatan yang kita
kerjakan, misalnya: Mematuhinya,
menghormatinya dan sopan santun terhadapnya; DAN Berlaku
jujur dan menaruh percaya terhadapnya, selama perbuatannya
tidak bertentangan dengan ajaran Islam
2. Menghormati
tetangga dan tamu yaitu bersikap dan berperilaku sopan terhadap tetangga dan
tamu, serta tidak menyombongkan diri dan tidak angkuh
3. Berusaha
menimbulkan rasa kasih sayang dan menarik simpati orang lain yaitu mewujudkan rasa kasih
sayang terhadap manusia
beserta menggugah hatinya agar tertanam rasa simpati
kepada kita, dengan cara
berbuatsesuatu yang tidak merasa dirugikannya.
4. Memberikan
sumbangan yang bersifat meringankan beban hidup bagi
orang-orang yang berhak menerimanya yaitu suatu upaya yang sangat
dianjurkan dalam Islam, agar dapat
mengangkat derajat orang-orang yang
lemah ekonominya,
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
berkemampuan yaitu mencakup bantuan yang bersifat
kebendaan
maupun yang bersifat jasa; baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Akhlak dan Aktualisasinya
dalam Kehidupan
1. Akhlak kepada Allah
a.
Beribadah kepada Allah
Yaitu melaksanakan
perintah Allah untuk menyembahnya sesuai dengan perintahnya. Seorang muslim
beribadah membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah.
Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media komunikasi yang telah
disediakan, antara lain ibadah solat
b.
Berdzikir kepada Allah
Yaitu mengingat
Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun
dalam hati. Berdzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
Dalam firman Allah: “Ingatlah, dengan dzikir kapada Allah akan menentramkan
hati” ( ar-ra’d 13:28 ).
c.
Berdo’a kepada Allah
Yaitu memohon apa
saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan
akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran islam sangat
luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu,
berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara
utuh dalam aktivitas hidup setiap muslim.
Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak
menarima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai
orang yang sombong ( perilaku yang tidak disukai Allah Swt).
d.
Tawakal kepada Allah
Yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu
hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
“Dan kepunyaan Allah-lah segala rahasia langit dan bumi,
dan kepada-Nyalah dikembalikan segala urusan. Oleh karena itu sembahlah Dia dan
bertakwalah kepada-Nya. Dan sekali sekali tuhanmu tidak akan melupakan apa yang
kamu kerjakan” ( Hud 11:123 )
Tawakal bukanlah menyerah kepada keadaan, sebaliknya
tawakal mendorong orang untuk bekerja keras karena Allah tidak menyia-nyiakan
kerja manusia. Setelah bekerja keras apapun hasilnya akan diterimanya sebagai
suatu yang terbaik bagi dirinya, tidak kecewa atau putus asa.
e.
Tawadu kepada Allah
Adalah rendah hati
dihadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hia dihadapan Allah yang
maha kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong,
tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah. Nabi bersabda:
“Sedekah tidak
mengurangi harta dan Allah tidak menambah selain kehormatan pada seseorang yang
memberi maaf. Dan tidak seseorang yang tawadu secara ikhlas karena Allah,
melainkan ia di muliakan Allah” (HR. Muslim dari Abu Hurairoh)
Oleh karena itu
tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak bertawadu kepada Allah karena manusia
diciptakan dari bahan yang hina nilainya, yaitu tanah
2. Akhlak kepada manusia
a. Akhlak kepada Manusia ( Diri Sendiri )
·
Sabar
Adalah perilaku
seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalaian nafsu dan
penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan, dan ketika ditimpa musibah dari Allah.
Sabar melaksanakan
perintah adalah sikaap menerima dan melaksanakan segala perintah Allah dengan
ikhlas.
Sabar dalam
menjauhi larangan dengan berjuang dengan mengendalikan diri untuk
meninggalkan-nya. Sabar terhadap musibah adalah menerima musibah apa saja yang
menimpa dengan tetap berbaik sangka kepada Allah serta yakin bahwa ada hikmah
disetiap musibah.
·
Syukur
Adalah sikap
berterimakasih kepada Allah atas nikmat yang tidak terhitung banyaknya. Syukur
diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
·
Tawaduk
Adalah rendah
hati, selalu menghargai siapa saja, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sifat
tawaduk lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang lemah
dan serba terbatas yang tidak layak untuk menyombongkan diri dimuka bumi.
a.
Akhlak kepada Ibu dan Bapak
Adalah berbuat baik kepada keduanya ( Birrul walidain )
dengan ucapan dan perbuatan. Allah menyuruh seluruh umat manusia untuk berbakti
kepada ibu dan bapak dengan cara mengajak manusia untuk menghayati pengorbanan
yang diberikan ibu ketika mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik anaknya.
Berbiat baik kepada ibu dan bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan
diantaranya : menyayangi dan mencintai sebagai bentuk terimakasih kepaada orang
tua dengan cara bertutur kata yang sopan. Berbuat baik kepada orang tua tidak
hanya pada saat mereka hidup, tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah
meninggal dunia dengan cara mendo’akan dan meminta ampunan atas segala
dosa-dosa orang tua kita.
b.
Akhlak kepada Keluarga
Adalah mengembankan kasih sayang diantara anggota
keluarga dengan cara membentuk komunikasi. Yang diungkapkan dalam bentuk
perhatian melalui kata-kata, isyarat, dan tingkah laku. Dari komunikasi semacam
itu akan lahir saling keterikatan batin, keakraban dan keterbukaan diantara
anggota keluarga.
Melalui komunikasi dapat dilakukan pendidikan dan
menanamkan nilai-nilai moral kepada sesama anggota keluarga.
3. Akhlak kepada Lingkungan Hidup
Misi agama islam adalah
mengembangkan rahmat Allah bukan hanya kepad manusia tetapi juga kepada alam.
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan manusia sebagai khalifah dimuka bumi,
yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola, dan
melestarikan alam.
Memakmurkan alam adalah
mengelola SDA agar bermanfaat bagi seluruh makhluk hidup. Alam dan lingkungan
yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat-lipat,
sebaliknya alam yang dibiarkan merana akan menimbulkan mala petaka.
Kerusakan alam dan ekosistem
adalah akibat dari ulah manusia yang tidak sadar, sombong, egois, angkuh dan
rakus. Yang demikian itu adalah bentuk akhlak terhadap lingkungan yang buruk
dan sangat tidak terpuji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar