Senin, 04 Januari 2016

Perbedaan Antara Akhlak dengan Moral dan Etika


Perbedaan Antara Akhlak dengan  Moral dan Etika 
 
Akhlak secara etimologi berasal dari kata Khalaqa, yang kata asalnya Khuluqun, yang berarti: perangai, tabiat, adat atau Khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan.
Akhlak secara istilah adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.  Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Baik buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al-Quran dan Sunnah Rosul.
Disamping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik-buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan sesuatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis.
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukurat baik dan buruk yang dugunakannya.
Dalam pandangan islam akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Sebagaimana disabdakannya:
“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” (HR.Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari akidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syariat islam telah dilaksanakan berdasarkan akidah.

Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq) adalah tertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya  dalam perilaku. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (su’al-khuluq) adalah manusia yang ada nifaq (kemunafikan dalam hatinya. Nifaq adalah sikap mendua terhadap Allah. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Apabila akhlak dipahami sebagai pandangan hidup maka manusia berakhlak adalah manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya dalam hubungannya dengan Allah, sesama makhluk, dan alam semesta. Sedangkan bentuk akhlak terhadap Allah tercermin pada suatu hal yang di cintai Allah
Sebagai hamba Allah, manusia diwajibkan untuk selalu bersikap tunduk dan patuh terhadap Allah Swt. Kepatuhan dan ketaatan bukan dipaksa melainkan datang dari kemauan hati, sesuai dangan dasar akal fikiran yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT dan Allah tidak menyukai suatu yang berlebih-lebihan.
Ahli tasawuf mengemukakan bahwa indikator manusia berakhlak, antara lain adalah :
1.     Memiliki budaya malu dalam berinteraksi dengan sesamanya
2.    jujur dalam ucapannya
3.    Penyabar dan tenang
4.    Hatinya selalu bersama Allah
5.    Ridha terhadap ketentuan Allah
6.    Cinta dan benci karena Allah.
Umat Islam yang dipersiapkan untuk benar-benar menjadi “Ummatan Wasathan”, harus dilengkapi dengan tuntunan yang dapat dijadikan alat komunikasi dengan sesama manusia. Tuntunan itu berupa ajaran akhlak mulia, yang diharapkan untuk mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Karena itu, sesungguhnya ilmu komunikasi yang paling hebat adalah ilmu yang didasarkan atas “Al-Akhlaaqul Kariimah”, yang menjadi pegangan bagi umat Islam, dengan anjuran melakukan sifat-sifat yang terpuji.
Adapun indikator atau ciri-ciri manusia yang berakhlak antara lain:
1.     Berbakti kepada kedua orang tua yaitu membuat kedua orang tua merasa senang dan bahagia atas perbuatan yang kita kerjakan, misalnya: Mematuhinya, menghormatinya dan sopan santun terhadapnya; DAN Berlaku jujur dan menaruh percaya terhadapnya, selama perbuatannya tidak bertentangan dengan ajaran Islam
2.  Menghormati tetangga dan tamu yaitu bersikap dan berperilaku sopan terhadap tetangga dan tamu, serta tidak menyombongkan diri dan tidak angkuh
3.  Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang dan menarik simpati orang lain yaitu mewujudkan rasa kasih sayang terhadap manusia beserta menggugah hatinya agar tertanam rasa simpati kepada kita, dengan cara berbuatsesuatu yang tidak merasa dirugikannya. 
4.  Memberikan sumbangan yang bersifat meringankan beban hidup bagi
          orang-orang yang berhak menerimanya  yaitu suatu upaya yang sangat
          dianjurkan dalam Islam, agar dapat mengangkat derajat orang-orang yang
          lemah ekonominya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

5.  Membantu memudahkan urusan sesama manusia, bagi orang yang
          berkemampuan yaitu mencakup bantuan yang bersifat kebendaan
          maupun yang bersifat jasa; baik secara langsung maupun tidak langsung.
         
 Akhlak dan Aktualisasinya dalam Kehidupan
1. Akhlak kepada Allah
a.    Beribadah kepada Allah
Yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahnya sesuai dengan perintahnya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media komunikasi yang telah disediakan, antara lain ibadah solat
b.    Berdzikir kepada Allah
Yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berdzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. Dalam firman Allah: “Ingatlah, dengan dzikir kapada Allah akan menentramkan hati” ( ar-ra’d 13:28 ).
c.    Berdo’a kepada Allah
Yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu, berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktivitas hidup setiap muslim.
Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menarima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ( perilaku yang tidak disukai Allah Swt).
d.    Tawakal kepada Allah
Yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
“Dan kepunyaan Allah-lah segala rahasia langit dan bumi, dan kepada-Nyalah dikembalikan segala urusan. Oleh karena itu sembahlah Dia dan bertakwalah kepada-Nya. Dan sekali sekali tuhanmu tidak akan melupakan apa yang kamu kerjakan” ( Hud 11:123 )
Tawakal bukanlah menyerah kepada keadaan, sebaliknya tawakal mendorong orang untuk bekerja keras karena Allah tidak menyia-nyiakan kerja manusia. Setelah bekerja keras apapun hasilnya akan diterimanya sebagai suatu yang terbaik bagi dirinya, tidak kecewa atau putus asa.
e.    Tawadu kepada Allah
Adalah rendah hati dihadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hia dihadapan Allah yang maha kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Nabi bersabda:
“Sedekah tidak mengurangi harta dan Allah tidak menambah selain kehormatan pada seseorang yang memberi maaf. Dan tidak seseorang yang tawadu secara ikhlas karena Allah, melainkan ia di muliakan Allah” (HR. Muslim dari Abu Hurairoh)
Oleh karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak bertawadu kepada Allah karena manusia diciptakan dari bahan yang hina nilainya, yaitu tanah

2. Akhlak kepada manusia
          a.  Akhlak kepada Manusia ( Diri Sendiri )
·         Sabar
Adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalaian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan, dan ketika ditimpa musibah dari Allah.
Sabar melaksanakan perintah adalah sikaap menerima dan melaksanakan segala perintah Allah dengan ikhlas.
Sabar dalam menjauhi larangan dengan berjuang dengan mengendalikan diri untuk meninggalkan-nya. Sabar terhadap musibah adalah menerima musibah apa saja yang menimpa dengan tetap berbaik sangka kepada Allah serta yakin bahwa ada hikmah disetiap musibah.

·         Syukur
Adalah sikap berterimakasih kepada Allah atas nikmat yang tidak terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
·         Tawaduk
Adalah rendah hati, selalu menghargai siapa saja, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sifat tawaduk lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya sebagai manusia yang lemah dan serba terbatas yang tidak layak untuk menyombongkan diri dimuka bumi.

a.    Akhlak kepada Ibu dan Bapak
Adalah berbuat baik kepada keduanya ( Birrul walidain ) dengan ucapan dan perbuatan. Allah menyuruh seluruh umat manusia untuk berbakti kepada ibu dan bapak dengan cara mengajak manusia untuk menghayati pengorbanan yang diberikan ibu ketika mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik anaknya. Berbiat baik kepada ibu dan bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan diantaranya : menyayangi dan mencintai sebagai bentuk terimakasih kepaada orang tua dengan cara bertutur kata yang sopan. Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya pada saat mereka hidup, tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara mendo’akan dan meminta ampunan atas segala dosa-dosa orang tua kita.

b.    Akhlak kepada Keluarga
Adalah mengembankan kasih sayang diantara anggota keluarga dengan cara membentuk komunikasi. Yang diungkapkan dalam bentuk perhatian melalui kata-kata, isyarat, dan tingkah laku. Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin, keakraban dan keterbukaan diantara anggota keluarga.
Melalui komunikasi dapat dilakukan pendidikan dan menanamkan nilai-nilai moral kepada sesama anggota keluarga.



3. Akhlak kepada Lingkungan Hidup
          Misi agama islam adalah mengembangkan rahmat Allah bukan hanya kepad manusia tetapi juga kepada alam. Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan manusia sebagai khalifah dimuka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam.
          Memakmurkan alam adalah mengelola SDA agar bermanfaat bagi seluruh makhluk hidup. Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat-lipat, sebaliknya alam yang dibiarkan merana akan menimbulkan mala petaka.
          Kerusakan alam dan ekosistem adalah akibat dari ulah manusia yang tidak sadar, sombong, egois, angkuh dan rakus. Yang demikian itu adalah bentuk akhlak terhadap lingkungan yang buruk dan sangat tidak terpuji.
                            












Tidak ada komentar:

Posting Komentar