Selasa, 05 Januari 2016

MODEL PEMBELAJARAN TERPADU



MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topic, dan unit tematisnya, menurut Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: 1) fragmented; 2) connected; 3) nested; 4) sequenced; 5) shared; 6) webbed; 7) threaded; 8) integrated; 9) immersed; 10) networked.
Berdasarkan sifat keterpaduannya, dari kesepuluhan model pembelajaran terpadu tersebut dapat dibedakan menjadi tiga (Fogarty 1991:4), yaitu:
a.       Model dalam satu desain ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan nested (terangkai)
b.      Model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (keterurutan), model shared (berbagi), model webbed (jaring laba-laba), model threaded (bergalur), dan model integrated (keterpaduan).
c.       Model lintas siswa yang meliputi model immersed  dan model network.
Pada program pendidikan guru sekolah, terdapat tiga pembelajaran terpadu yang dipilih dan dikrmbangkan, yaitu model keterhubungan, model jarring laba-laba, dan model keterpaduan.
a.       Model keterhubungan (connected) adalah model pembelajaran yang sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya didalam satu bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah Robert Maynard hutchins.
b.      Model jarring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran terpadu dengan menggunakan pendekatan tematik. Pengembangan pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema. Tema bias ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesame guru. Setelah tema disepakati dan subtemanya dikembangkan dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi, selanjutnya dari subtema dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah Lyndon B. Jahnson.
c.       Model keterpaduan (integrated) merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi. Berbeda dengan model jarring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, dalam model keterpaduan ini yang berkaitan dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin di cari dan dipiliholeh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi. Selanjutnya dipilih beberapa konsep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi.
Tokoh yang mengembangkan model ini adalah John Milton.

Dalam pembelajaran terpadu, terjadi kaitan-kaitan pengalaman belajar yang bermakna. Pengalaman belajar yang lebih menunjukan kaitan unsur-unsur konseptualnya akan meningkatkan peluang bagi terjadinya pembelajaran yang lebih efektif. Dengan kata lain, pembelajaran terpadu bertujuan agar pembelajaran di sekolah menjadi lebih efektif.
Selain pandangan Robin Fogarty di atas, Jacobs (1989) mengemukakan lima pilihan bentuk keterpaduan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu discipline based, parallel, multidisciplinary, interdisciplinary, dan integrated. Secara ringkas kelima model tersebut diuraikan sebagai berikut :
a.       Bentuk discipline based adalah bentuk keterpaduan yang bertolak dari mata pelajaran tertentu. Sebuah topik ekonomi, misalnya dapat dihubungkan dengan masalah social politik dan ilmiah.
b.      Bentuk parallel adalah bentuk pembelajaran yang memadukan tema-tema yang sama dalam beberapa matapelajaran. Bentuk ini mengondisikan tingkat keterpaduan yang kurang mendalm.
c.       Bentuk multidisciplinary adalah bentuk pembelajaran sejumlah mata pelajaran secara terpisah melalui sebuah tema.
d.      Bentuk interdisciplinary adalah bentuk pembelajaran yang menggabungkan sejumlah mata pelajaran dalam sebuah tema. Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam waktu yang bersamaan.
e.       Bentuk integrated adalah bentuk pembelajaran yang memaduakan sebuah konsep dari sejumlah mata pelajaran melalui hubungan tujuan-tujuan, isi, keterampilan, aktivitas, dan sikap. Dengan kata lain, bentuk pembelajaran integrated merupakan pembelajaran antar mata pelajaran yang ditandai oleh aadanya pemaduan tujuan, kemampuan dan sikap dari berbagai mata pelajaran.
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU JARING LABA-LABA (WEBBED)
Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan temitik. Pengembangan pendekatan ini di mulai dengan menentukan tema tertentu, missal nya “AKU”. Tema dapat dibuat berdasarkan persetujuan antara siswa dengan guru. Setelah tema di sepakati selanjutnya di kembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitannya dengan bidang studi lain. Kemudian di kembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
Pada saat ini, model jarng laba-laba digunakan sebagai metode pembelajaran di level 1 dan 2 dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Strategi pembelajran terpadu ini dilakukan dengan jalan memadukan berbagai bidang pengembangan anak ke dalam satu kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan dasar sains. Tujuannya adalah mengambangkan dasar tema dengan mengunakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan kognitif, bahasa, pisikologi, dan keterampilan gerak motorik.
Diharapkan siswa setingkat sekolah dasar dapat berkembang dalam kegiatan kognitifnya, seperti pengamatan, penyelidikan, mengklasifikasikan sebagai hasil eksplorasi dan inkuiri. Keterampilan kordinasi motoric yang berkaitan dengan kemampuan dasar tema dan kosa kata, bertambah melalui temuan yang diperoleh selama kegiatan berlangsung. Artinya, kemampuan psikososial juga secara tidak langsung ikut meningkat.
Manfaat penggunaan pembelajaran terpadu model ini adalah sebagai berikut :
a.       Mengangkat realita sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan  keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b.      Realita sehari-hari tersebut antara lain : berkebun, membersihkan rumah, belanja bersama ibu di pasar, pengalaman di posyandu, memancing di sungai, dan bermain dingdong.
c.       Semua realita sehari-hari tidak berdiri sendiri dalam tatanan konsep-konsep pada satu mata pelajaran
d.      Pembelajaran terpadu model webbed merupakan wahana ideal untuk mengangkat realita sehari-hari sebagai tema pengajaran.
e.       Keterpaduan topik merupakan realita sehari-hari, pengalaman, dan dunia siswa.
f.       Pengajaran akan lebih bermakna kalau dimulai dari realita sehari-hari sebagai pengalaman siswa.
Keunggulan model jarring laba-laba diantaranya adalah faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang di dasarkan pada minat siswa. Mereka dapat dengan mudah me;ihat bagaiman kegiatan dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan. Kemudahn untuk lintas semester kurikulum tingkat satuan pendidikan sangat mendukung untuk dapat dilaksanakannya model pembelajaran ini.
Kelemahan model jaring laba-laba diantaranya adalah kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa. Selain itu, seringkali guru terfokus pada kegiatan, sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
Secara umum  North Carolina Departement of public Instruction (ED 290759) dari Sigurdson 1981 dalam Sumantri 1999 mengemukakan sejumlah komponen yang patut terungkap dalam format pembelajaran terpadu, yakni :
1.      Judul secara deskriptif .
2.      Tema atau topik utama/unit .
3.      Alasan mengapa guru menginginkan manfaat dari penggunaan unit dalam pembelajaran bagi peserta didiknya.
4.      Waktu yang menunjukan adanya suatu periode.
5.      Ruang lingkup bahasan atau materi yang tercakup dalam tema, sekaligus berkaitan dengan kurikulum yang ditetapkan, baik lokal maupun nasional.
6.      Tujuan yang merujuk pada kurikulum yang ditetapkan.
7.      Kegiatan (urutan, fariasi, dan bagaimana hal itu dilakukan).
8.      Sumber-sumber belajar.
9.      Evaluasi.
Keberhasilan pembelajaran terpadu sangat ditentukan oleh seberapa jauh pembelajaran direncanakan dan dikemas sesuai dengan kondisi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Karena topik dan konsep yang ada dalam GBPP sudah di tata atas pertimbangan ini. Guru cukup mengkaji topik/konsep dalam satu tema pemersatu dengan memilih tema yang actual dan dalam wilayah pengalaman siswa.
Secara umum, dalam merencanakan pembelajaran terpadu ada bberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya profil siswa yang akan diharapkan, kebijakan-kebijakan kurikulum, kerangka kerja, dan silabus. Lonning mengungkapkan bahwa untuk merancang pembelajaran terpadu model webbed hendaknya memerhatikan langkah-langkah berikut:
1.      Menentukan atau memilih tema sentral.
2.      Mengidentifikasi konsep-konsep yang akan dibahas,
3.      Memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai,
4.      Menyusun jadwal kegiatan secara sistematis.
Menetapkan tema sentral hendaknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa dan masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya (Kovalik, 1994). Siswa diharapkan dapat mengenal dan mencintai masyarakatnya sehingga dia tidak terisolasi dari kehidupan asalnya.
Beberapa tahapan atau langkah yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang proses pembelajaran terpadu model webbed ini dapat disesuaikan secara sistematis :
1.      Tahap perencanaan
  1. Penetapan tujuan pembelajaran
·         Umum (identifikasi dampak pengiringan)
·         Khusus (identifikasi dampak instruksional)
  1. Penetapan bahan dan alat bantu yang digunakan.
  2. Penetapan metode
2.      Tahap pelaksanaan
  1. Ajakan guru mengamati alat bantu atau objek tertentu sekaligus belakukan perbincangan.
  2. Perbincangan ditindaklanjuti dengan proses identifikasi sus-sub tema
  3. Fisualisasi/ penggambaran atas tema dan sub-sub tema yang diperbincangkan
  4. Kegiatan pengamatan lebih lanjut (lebih cermat) atas alat bantu atau objek
  5. Penjelasan diskusi, dan proses belajar lainnya (misalnya bernyanyi )
  6. Penugasan (pembagian kelompok dan pengorganisasian tugas)
3.      Evaluasi
  1. Evaluasi proses keterlibatan dalam pengamatan dan diskusi
  2. Evaluasi hasil mutu laporan.

HAKIKAT MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
            Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yng akan digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends,1997:7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992:4) dalam (Trianto, 2010: 51) bahwa “ Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajar untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
            Joyce dan weil (1992: 1) menyatakan bahwa “models of teaching are really models of learning . as we help student acquire information,ideas,skills,value,ways of thinking and means of expressing themselves,we are also teaching them how to learn”.  Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakn model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagai mana mereka mengajar.
            Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan di gunakan, termasuk di dalam nya tujuan-tujuan pengajaran,tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Kardi, S. dan Nur, 2000b: 8) hal ini sesuai dengan pendapat joyce (1992:4) bahwa “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
            Dalam penelitian ini, yang di maksud model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancangan pengajaran dan para guru dalam melaksankan  pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat di pengaruhi oleh sifat dari materi yang akan di ajarkan, tujuan yang akan di capai dalamm pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
            Model pembelajaran adalah suatu perencanan atau pola yang dapat kita gunaka untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajarantermasuk di dalam buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media computer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar) setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu sisiwa untuk mencapai berbagai tujuan. Sebagai pendapat Joice, dkk (1992:1)
            Arends (1997) dalam (Trianto, 2010: 54)  menyatakan bahwa istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertebtu termasuk tujuannya, sintaksnya,lingkungannya, dan sisitem pengelolaannya.
            Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancangan pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
            Arends (2001) menyeleksi enam macam model pengajaran yang sering dan praktis di gunakan guru dalam mengajar, masing-masing adalah : prestasi pengajar langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran koopratif,pembelajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas dalam mengajar suatu konsep atau materi tertentu tidak ada satu model pembelajaean yang lebih baik dari pada model pembelajaran lainnya berate untuk setiap model pembelajaran harus memiliki pertimbangn-pertimbangan , seperti materi pelajaran, jam pelajran, tingkat perkembangan kognitif sisiwa, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dapat tercapai.
            Model pembelajaran yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kerangka konseptual yang melkiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
            Fungsi model pembelajaran disini aadlah sebagai pedoman bagi perancangan pengar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti yang dikemukaan oleh joyce dan weil (1992:4) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanan atau suatu poal yang di pergunakan sbagi dalam merencankan pembelajran di kelas atau pembelajarn trutorial dan untuk menentukan prangkat-prangkat pembelajaran seperti buku-buku, filem-filem,komputer, kurikulum dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa setiap model yang akan di gunakan dalam pembelajran menentukan prangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut.
            Arends (1997) memilih istillah model pelajaran berdasarkan alas an penting, yaitu pertama istilah model mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur.kedua model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang di bicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak. model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajran, sistaksisnya, dan sifat lingkungan belajarnya.
            Arends (1997:7), mengemukakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan di gunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce dan Weil (1992: 4). Bahwa setiap model mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk peserta didik dalam mendesai pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai.
            Untuk pemilihan model ini sangat di pengaruhi oleh sifat materi yang akan di kerjakan, juga di pengaruhi oleh tujuan yang akan di capai dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang oleh sisiwa dengan bidang guru. Antara yang satu dengan sintaks yang stu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah, terutama yang berlangsung diantara pembukaan dan penutupan pembelajaran, yang harus di pahami oleh guru penutupan pembelajaran model-model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Oleh karna itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekoalh pada dewasa ini.
            Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Prosedur tersebut ialah: (1) rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur,2000:9)
            Menurut Johnson (dalam Samani, 2000) dalam (Trianto, 2010: 55), untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik.
            Akhirnya, setiap model memerlukan system pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada system social kelas. Sifat materi dari sistem saraf banyak konsep dan informasi –informasi dari teks buku bacaan materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (LKS).

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara (halaman 51-55)
Majid abdul.2014.Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda karya (halaman 120-129)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar