BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus,
dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam
mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah
merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan
bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/
2003).
Matematika
adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Berdasarkan Elea
Tinggih (Erman Suherman, 2001). Matematika dapat membentuk pola pikir orang
yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis
dengan penuh keceramatan. Namun, pengembangan sistem atau model matematika itu
tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada anak-anak
usia SD. Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para ahli dan apa yang dapat
diterima oleh guru yang berhasil mempelajarinya, merupakan hal yang tidak masuk
akal dan membingungkan bagi anak-anak. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran
matematika di SD selalu dibicarakan.
Menurut
survei, matematika adalah mata pelajaran yang dianggap kurang menarik bagi
anak-anak usia sekolah dasar ataupun sekolah sederajat lainnya, apalagi gaya
mengajar pendidiknya yang kurang menarik. Karena semenarik apapun materinya
jika strategi dan cara pengaplikasiannya kurang tepat dengan materi tersebut
maka proses pembelajaranpun tidak akan menghasilkan apa yang diharapkan.
Di SDN
KRAGILAN 1 tepatnya kelas V C kabupaten Serang peneliti memperoleh suatu
permasalahan yang kaitannya dengan mata pelajaran Matematika yaitu mengenai KPK
dan FPB, pendidik hanya menjelaskan materi KPK dan FPB dengan menggunakan pohon
faktor secara langsung yang ditulis di papan tulis, akibatnya hasil belajar
siswa kurang dari apa yang di harapkan.
Melihat
fakta tersebut penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) yaitu
model pembelajaran yang menuntut siswa belajar berkelompok. Untuk membantu
hasil belajar siswa dengan apa yang diharapkan atas materi tersebut maka
peneliti menggunakan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
KPK Dan FPB pada Mata Pelajaran Matematika”.
B.
Fokus
Kajian
“Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan KPK dan FPB pada Mata Pelajaran
Matematika di Kelas V SDN KRAGILAN 1
Melalui” :
1. Model
: Kooperatif tipe NHT (Number
Head Together)
2. Alat
peraga : Papan Faktor
3. Modul
: Buku Sekutu
4. LKS : Faktor Sekutu
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini ada dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Pada bagian tujuan umum akan dijelaskan secara umum mengenai tujuan penelitian.
Sedangkan pada bagian tujuan khusus akan diuraikan secara rinci mengenai tujuan
penelitian. Uraian lebih rinci mengenai tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan
umum
Tujuan umum adalah
tujuan yang memiliki skala yang lebih luas dan bersifat umum. Tujuan umum
dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika
di kelas V C SDN KRAGILAN 1 Kabupaten Serang, Banten.
2. Tujuan
khusus
Tujuan khusus adalah
tujuan yang dirumuskan dengan skala yang lebih sempit. Tujuan khusus penulis
adalah meningkatkan pengetahuan bahwa bahan ajar, alat peraga, model ataupun
strategi yang digunakan pendidik sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar
siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V C khususnya di SDN KRAGILAN 1.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Model
Pembelajaran
1.
Pengertian
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancangan pengajaran
dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk
didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends,1997:7). Hal ini sesuai
dengan pendapat Joyce (1992:4) dalam (Trianto, 2010: 51) bahwa “ Each model guides us as we design
instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan
tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajar
untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Joyce
dan weil (1992: 1) menyatakan bahwa “models
of teaching are really models of learning . as we help student acquire
information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing
themselves,we are also teaching them how to learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan
model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan
atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan
ide diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka mengajar.
Model
pembelajaran mempunyai tiga ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode
atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
a. Rasional
teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
b. Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan belajar yang
akan dicapai);
c. Tingkah
laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000).
Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
2.
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Number
Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai
sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Number
Heads Together pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Menurut Kagan
(2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk
saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan
penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan memastikan pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut
sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa (Ibrahim, 2000:28).
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads
Together merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan
dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan
motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik.
Dalam tipe NHT ini, guru menunjuk salah satu siswa
dari tiap kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompok masing-masing dalam menjelaskan apa yang telah mereka pelajari.
Keungulan pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Heads Together yaitu untuk menumbuh kembangkan kedisiplinan, minat,
kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab siswa karena metode
diskusi kelompok model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together
menekankan kemampuan siswa secara individual meskipun dilaksanakan secara
berkelompok, dan kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa, guru
hanya sebagai fasilitator. Sedangkan kelemahannya adalah penerapan yang akan di
lakukan butuh waktu yang lebih lama.
Menurut Ibrahim dan Herdian
(2009:7) tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan
tipe NHT yaitu :
a.
Hasil belajar
akademik stuktural bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b.
Pengakuan
adanya keragaman bertujuan agar
siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
c.
Pengembangan
keterampilan social bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
Langkah-langkah (sintaks) pelaksanaan NHT pada hakikatnya
hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalah sebagai berikut:
a.
Siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok.
b.
Masing –masing siswa dalam kelompok
diberi nomor.
c.
Guru memberikan tugas/pertanyaan pada
masing-masing kelompok untuk
mengerjakannya.
d.
Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk
menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota
kelompok mengetahui jawaban tersebut.
e.
Guru memanggil salah satu nomor secara
acak.
f.
Siswa dengan nomor yang dipanggil
mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.
g.
Memberi
kesimpulan.
Ada
beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa
yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim
(2000: 18), antara lain:
a.
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b.
Memperbaiki kehadiran
c.
Penerimaan terhadap individu menjadi
lebih besar
d.
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e.
Konflik antara pribadi berkurang
f.
Pemahaman yang lebih mendalam
g.
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan
dan toleransi
h.
Hasil belajar lebih tinggi
i.
Nilai-nilai kerja sama antar siswa
lebih teruji
j.
Kreatifitas siswa termotivasi dan
wawasan siswa berkembang, karena mereka harus mencai informasi dari berbagai
sumber.
Kelebihan model Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut:
a.
Menumbuh
kembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab
b.
Setiap siswa menjadi siap semua.
c.
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
d.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai.
e.
Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
Kelemahan model Numbered Head Together (NHT)
sebagai berikut:
a.
Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh
guru.
b.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
c.
Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi
sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
d.
Waktu yang dibutuhkan banyak.
e.
Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat
duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
B.
Hakikat
Pembelajaran Matematika
Kata
“matematika” berasal dari bahasa yunani kuno μάθημα (máthēma), yang berarti
pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti
teknisnya menjadi “pengkajian matematika”, bahkan demikian juga pada
zaman yunani kuno. Kata sifatnya adalah μαθηματικός (mathēmatikós), berkaitan
dengan pengkajian atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis.
secara khusus, μαθηματικὴ τέχνη (mathēmatikḗ tékhnē), di dalam bahasa latin ars
mathematica berarti seni matematika.
Asal
mula pemikiran matematika terletak di dalam konsep bilangan, besaran, dan
bangun. Selain mengetahui cara mencacah objek-objek fisika, manusia prasejarah
juga mengenali cara mencacah besaran abstrak, seperti waktu- hari, musim, dan
tahun. Aritmatika dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian)
mengikuti secara alami.
Penggunaan
terkuno matematika adalah di dalam perdagangan, pengukuran tanah, pelukisan,
dan pola-pola penenunan dan pencatatan waktu dan tidak pernah berkembang luas
hingga tahun 3000 SM ke muka orang babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan
aritmatika, aljabar, dan geometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan
lainnya, bangunan dan konstruksi, dan astronomi. Pengkajian matematika yang
sistematis di dalam kebenarannya sendiri dimulai pada zaman Yunani Kuno antara
tahun 600 dan 300 SM.
FPB atau Faktor
Persekutuan Terbesar dapat diartikan sebagai bilangan bulat positif yang
memiliki nilai terbesar yang dapat membagi habis dua buah bilangan atau lebih.
KPK atau Kelipatan Persekutuan Terkecil adalah bilangan bulat positif dengan
nilai terkecil yang bisa habis bila dibagi dengan kedua bilangan tersebut.
Untuk menemukan faktor prima dari suatu bilangan, biasanya dipergunakan konsep
pohon faktor. Namun, disini peneliti mencoba memperkenalkan alat peraga ataupun
media yang berbeda.
C.
Media
dan Alat Peraga
Kata media berasal dari bahasa latin
“medius” yang secara harfiah berarti “tengah” “perantara” atau “pengantar”.
Media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Gagne dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, vidio
camera, vidio recorder, film slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer. Dengan kata
lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung
materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Dilain pihak, National Education
Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komuniksi baik
tercetak, maupun audio-visual dan peralatannya, dengan demikian media dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Selain membangkitkan motivasi dan
minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran
data, dan mendapatkan informasi.
Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam
proses belajar mengajar sebagai berikut:
1. Media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai
dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4. Media
pembelajaran dapat memberiakan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui
karyawisata, kunjungan-kunjunagan ke museum atau kebun binatang.
Alat
peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Fungsi alat peraga dimaksudkan
agar komunikasi antara guru dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih
memahami dan mengerti tentang konsep abstrak matematika yang diinformasikan
kepadanya.
Adapun alat peraga yang digunakan
peneliti untuk tercapainya hasil belajar yang baik adalah Papan Faktor.
- Nama Alat : Papan Faktor
- Tujuan Alat : Untuk menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dan
kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
- Materi : Faktor persekutuan terbesar (FPB) dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
- Alat dan Bahan:
a. Papan Infra Board (sebagai alas)
b. Double tip
c. HVS warna (11 lembar)
d. Gunting kertas
e. Penggaris
|
f. Pensil
g. Spidol
h. Kertas origami
i.
Karton
warna
|
5. Cara Pembuatan :
a. Siapkan semua alat dan bahan.
b. Siapkan papan infra board sebagai
alas
c. Buatlah judul media dengan
menggunakan kertas warna dan kertas origami
d. Buatlah dua buah kantong (kantong
pertama sebagai tempat kartu angka, kantong kedua sebagai kantong stik).
e. Potonglah karton menjadi empat buah
dengan masing-masing ukuran ± 60cm x 4cm
f. Pasangkan empat potong karton
tersebut ke papan yang telah disediakan dengan posisi horizontal.
g. Gulunglah kertas warna dengan ukuran
panjang ±30cm menjadi gulungan yang kecil sebagai pembatas (sebanyak 11 buah).
h. Tempelkan kertas warna yang sudah
digulung kecil dengan posisi vertical dengan jarak masing-masing pembatas ±6cm
di atas empat potong karton yang sudah di tempel.
i.
Buatlah tiga buah kantong kecil menggunakan
karton warna dengan ukuran 10cm x 3cm sebanyak tiga buah (sebagai penempatan
angka yang akan difaktorkan)
j.
Tempelkan
kantong yang berukuran kecil disebelah kiri papan dengan arah horizontal.
k. Tempelkan dua kantong yang telah
dibuat (untuk stik dan kartu angka) dengan posisi dibawah kantong angka dan
garis faktor.
l.
Beri
label angka pada empat potong karton yang telah ditempel dan diberi pembatas
(angka 1-40)
m. Tempelkan judul yang telah dibuat
dengan posisi paling atas dalam papan.
6.
Cara
Penggunaan
a. Tentukan dua atau tiga angka dan
ambil angka yang akan dioperasikan (ambil didalam kantong angka)
b. Pasangkan kartu angka tersebut
kedalam kantong kecil yang berfungsi sebagai penempatan kartu angka.
c. Jika siswa sudah mengetahui dan
menentukan angka kelipatan , maka siswa dapat dengan langsung mengambil dan
memasangkan stik ke dalam kantong yang telah diberi label angka. (kegiatan dilakukan berulang sesuai dengan
angka kelipatan yang akan ditentukan)
d. Dalam pemasangan stik tersebut
diusahakan ada perbedaan warna antara stik pertama dan selanjutnya.
e. Hasil akan terlihat ketika dalam
kantong faktor terdapat dua atau lebih stik yang berada didalamnya.
7.
Kelebihan alat peraga tersebut adalah :
a.
Alat dan bahan mudah didapat
b.
Mudah diaplikasikan
c.
Membuat menarik perhatian siswa
d.
Membuat siswa lebih aktif dan bekerja sama.
8. Kekurangan alat peraga tersebut adalah :
a.
Dari pembuatan alat peraga ini sedikit agak rumit
b.
Angka yang tertera terbatas
c.
Alat peraga Mudah hancur
D.
Modul
Peneliti menggunakan
nama modul/bahan ajar untuk proses pembelajaran adalah “Buku Sekutu”.
Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar,
latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.
Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan
kebutuhan belajar pada mata kuliah atau mata pelajaran tertentu untuk keperluan
proses pembelajaran tertentu, sebuah kompetensi atau subkompetensi yang dikemas
dalam suatu modul secara utuh (self
contained), mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk
belajar secara mandiri (self
instructional).
Dengan demikian modul adalah sarana
pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang tersusun secara sistematis,
memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi
dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional) dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang sajikan
dalam modul tersebut.
Menurut
status dan fungsinya dalam keseluruhan program pengajaran, maka modul dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.
Modul inti yaitu kurikulum dasar yang dapat dijabarkan
dalam serangkaian unit-unit program pengajaran, menurut tingkat (kelas) dan
bidang studi (mata pelajaran). Unit-unit program pengajaran itu dapat disusun
dalam bentuk modul-modul pengajaran.
2.
Modul pengayaan yaitu suatu program pendidikan
tambahan bagi siswa-siswa yang telah menyelesaikan program pendidikan dasarnya
dengan waktu yang lebih cepat.
Modul
memiliki sifat self contained, artinya dikemas dalam satu kesatuan yang utuh
untuk menccapai kompetensi tertentu. Modul juga memiliki sifat membantu
dan mendorong pembacanya untuk mampu membelajarkan diri sendiri (self instructional) dan tidak
bergantung pada media lain (self alone) dalam
penggunaanya.
Salah satu tujuan penyusunan modul
adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan dengan
karakteristik materi ajar dan karakteristik siswa, serta setting atau latar belakang lingkungan sosialnya.
Modul memiliki berbagai manfaat,
baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun dari kepentingan guru. Bagi siswa,
modul bermanfaat antara lain:
1. Siswa
memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri.
2. Belajar
mandiri lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam
pembelajaran.
3. Berkesempatan
mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
4. Berkesempatan
menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latiahan yang disajikan dalam
modul.
5. Mampu
membelajarkan diri sendiri.
6. Mengembangkan
kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber
belajar lainnya.
Bagi guru,
penyusunan modul bermanfaat karena:
1.
Mengurangi kebergantungan terhadap ketersediaan buku
teks.
2.
Memperluas wawasan karena disusun dengan mengguanakan
berbagai referensi.
3.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis
bahan ajar.
4.
Membangun komunikasi yang efektik antara dirinya dan
siswa karena pembelajaran tidak harus berjalan tatap muka.
5.
Menembah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku
dan diterbitkan.
Sebagaimana bahan ajar yang lain, penyusunan modul hendaknya memperhatikan
berbagai prinsip yang membuat modul tersebut dapat memenuhi tujuan
penyusunannya. Prinsisp yang harus dikembangkan, antara lain:
1.
Disusun dari materi yang mudah untuk memahami yang
lebih sulit, dan dari yang konkret untuk mamahami yang semikonkrit dan abstrak.
2.
Menekankan pengulangan untuk memperkuat pemahaman.
3.
Umpan balik yang positif akan memberikan penguatan
terhadap siswa.
4.
Memotivasi adalah salah satu upaya yang dapat
menentukan keberhasilan belajar.
5.
Latihan dan tugas untuk menguji diri sendiri.
Modul pada dasarnya merupakan sarana pembelajaran yang memuat materi dan
cara-cara pembelajarannya. Oleh karena itu penyusunannya hendak mengikuti
cara-cara penyusunan perangkat pembelajaran pada umumnya. Sebelum menyusun
modul guru harus melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar yang akan dibelajarkan.
Selain itu guru juga melakukan identifikasi terhadap indikator-indikator
pencapaian kompetensi yang terdapat dalam silabus yang telah disusun.
Penyusunan sebuah modul pembelajaran yang diawali dengan urutan kegiatan
sebagai berikut:
1.
Menentukan judul modul yang akan disusun.
2.
Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi
lainnya.
3.
Melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar,
melakukan kajian terhadap materi pembelajarannya, serta merancang bentuk
kegaitan pembelajaran yang sesuai.
4.
Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan
merancang bentuk dan jenis penilaian yang akan disajikan.
5.
Merancanng format penulisan modul.
6.
Penyusunan draf modul.
Setelah draf
modul tersusun, kegiatannya adalah melakukan validasi dan finalisasi terhadap
draf modul tersebut. Kegiatan ini sangat penting agar modul yang disajikan
(dibelajarkan) kepada siswa benar-benar valid dari segi isi dan efektivitas
modul dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan.
Penggunaan modul dalam pembelajaran
melatih siswa untuk belajar mandiri. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
modul adalah kecermatan dalam menyusun kalimat sehingga modul yang tersusun
komunikatif dan mudah digunakan sebagai panduan belajar bagi siswa.
E. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang
dimaksud dengan Lembar Kerja Siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi
siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara
lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam
kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan
hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Menurut Soekamto Lembar Kerja Siswa
merupakan lembaran-lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan
kegiatan agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu
dikuasai. Sedangkan menurut Akhyar dan Mustain LKS adalah materi ajar yang sudah
dikenal sedemikian rupa
sehingga siswa diharapkan
dapat mempelajari materi ajar tersebut (Lismawati, 2010: 38).
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa
adalah lembaran-lembaran yang berisi materi ajar yang memiliki tujuan untuk
memberikan pengetahuan dan ketrampilan menguasai materi.
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah
satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat
pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana
pembelajaran (RP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa
informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa). LKS sangat baik dipakai untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam
belajar, baik diperguanakan dalam strategi heuristik maupun strategi
ekspositorik. Dalam strategi heuristik, LKS dipakai dalam penetapan metode terbimbing,
sedangkan strategi ekspositorik, LKS dipakai untuk memberikan latihan
pengembangan.
LKS sebaiknya dirancang oleh guru sesuai
dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajarannya. LKS dalam kegiatan belajar
mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penenaman konsep (tahap lanjutan konsep
baru) atau pada tahap pemahaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep)
karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik. Pada tahap
pemahaman konsep, LKS dimanfaatkan untuk mempelajari pengetahuan tentang tipik
yang telah dipelajari, yaitu penanaman konsep (Lestari, 2006:19). Menurut
Pandoyo, kelebihan dari penggunaan LKS adalah :
1.
Meningkatkan aktivitas belajar.
2.
Mendorong siswa mampu bekerja sendiri.
3.
Membimbing siswa secara baik ke arah pengembangan
konsep.
Menurut Repository Universitas Pendidikan Nasional (hal 13)
terdapat macam-macam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran
sebagai berikut :
1. Berdasarkan isinya
a. Lembar Kerja Siswa yang berisi
narasi dan gambar yang diberi keterangan- keterangan.
b. Lembar Kerja Siswa yang berisi
gabungan antara narasi dan gambar-gambar yang diberi keterangan.
2. Berdasarkan langkah kerja
a. Lembar Kerja Siswa resep yaitu
sistematika langkah kerja ditulis secara terperinci.
b. Lembar Kerja Siswa non resep yaitu
langkah kerjanya ditulis dengan pertanyaan-pertanyaan pengarah.
3. Berdasarkan metode
a. Lembar Kerja Siswa eksperimen yaitu
dijadikan pedoman untuk melakukan eksperimen dan dapat memuat semua jenis keterampilan
proses .
b. Lembar Kerja Siswa non eksperimen
yaitu dijadikan pedoman untuk memahami konsep atau prinsip tanpa memuat
eksperimen dan hanya memuat ketrampilan proses tertentu.
Menurut
Lismawati (2010: 39) menjelaskan adapun ciri-ciri LKS adalah sebagai berikut:
a. LKS hanya terdiri dari beberapa
halaman, tidak sapai seratus halaman.
b. LKS dicetak sebagai bahan ajar yang
spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan tertentu.
c. Di
dalamnya terdiri uraian
singkat tentang pokok
bahasan secara umum, rangkuman
pokok bahasan, puluhan
soal-soal pilihan ganda dan soal-soal isian.
Walaupun
Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai media yang efektif dalam pembelajaran
karena media yang sederhana dan dapat menjangkau semua kalangan pelajar. Setiap
media pasti memiliki keunggulan dan kekurangan, untuk keunggulan dan kekurangan
dari media pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Lismawati (2010:40)
sebagai berikut:
a.
Dari
aspek penggunaan: merupakan media yang paling mudah. Dapat dipelajari dimana saja dan kapan saja tanpa
harus menggunakan alat khusus.
b.
Dari
aspek pengajaran: dibandingkan media pembelajaran jenis lain bisa dikatakan lebih unggul. Karena merupakan
media yang canggih dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang
fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip
umum dan abstrak dengan menggu-nakan argumentasi yang realistis.
c.
Dari
aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan kata-kata,
angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang
sangat cepat.
d.
Dari
aspek ekonomi: secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan media
pembelajaran yang lainnya.
Kekurangan
media Lembar Kerja Siswa
a. Tidak mampu mempresentasikan
gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu mempresentasikan
kejadian secara berurutan.
b. Sulit memberikan bimbingan kepada
pembacanya yang mengalami kesulitan memahmi bagian-bagian tertentu.
c. Sulit memberikan umpan balik untuk
pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
d. Tidak mengakomodasi siswa dengan
kemampuan baca terbatas karena media ini ditulis pada tingkat baca tertentu.
e. Memerlukan pengetahuan prasyarat
agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi
asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.
f. Cenderung digunakan sebagai hafalan.
Ada sebagaian guru yang menuntut siswanya untuk menghafal data, fakta dan
angka. Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk alat menghafal.
g. Kadangkala memuat terlalu banyak
terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban kognitif yang besar
kepada siswa.
h. Presentasi satu arah karena bahan
ajar ini tidak interaktif sehingga cendrung digunakan dengan pasif, tanpa
pemahaman yang memadai.
Dalam
penyusunan proposal ini peneliti menggunakan LKS yang berjudul Faktor Sekutu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu
dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN kragilan 1 yang bertempat di
Jln.
Raya Jakarta- Serang KM. 15 Kragilan 42184, peneliti melakukan uji coba pada
kelas V C semester I tahun ajaran 2015/2016.
B. Metode
Penelitian
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian deskriptif karena
penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan
gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan
akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Menurut Best (1982:119) penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada
penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan memanipulasi variabel
penelitian. Penelitian deskriptif banyak membantu terutama dalam penelitian
yang bersifat longitudinal, genetik dan klinis. Penelitan deskriptif pada
umumnya dilakuka dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis
fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat..
Dua alasan para
peneliti menggunakan penelitian deskriptif, yaitu :
1. Dari
pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan
dalam bentuk deskriptif.
2. Metode
deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan
dengan bidang pendidikan maupun tingkahlaku manusia.
Ciri-ciri
penelitian deskriptif :
1. Pada
umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau
tidak.
2. Merancang
cara pendekatannya, hal ini meliputi macam datanya, penentuan sampelnya,
penentuan metode pengumpulan datanya, melatih para tenaga lapangan dan
sebagainya.
3. Mengumpulkan
data.
4. Menyusun
laporan.
Macam-macam penelitian
deskriptif
1. Penelitian
Laporan Diri (Self – Report Research)
Dalam
penelitian self-report ini peneliti dianjurkan menggunakan teknik observasi
secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat
kegiatannya dalam situasi yang alami. Tujuan observasi langsung adalah untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
Dalam penelitian self-report, peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu
lainuntuk memperoleh data, termasuk misalnya dengan menggunakan perlengkapan
lain seperti catatan, kamera dan rekaman. Alat-alat tersebut digunakan terutama
untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data dari lapangan. Yang
perlu diperhatikan oleh para peneliti yang dengan model self-report adalah
bahwa dalam menggunakan metode observasi dan melakukan wawancara, para peneliti
harus dapat menggunakansecara simultan untuk memperoleh data yang maksimal.
2. Studi
Perkembangan (Developmental Study)
Studi
perkembangan atau developmental study banyak dilakukan oleh peneliti dibidang
pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku. Dalam
penelitian perkembangan tersebut peneliti tertarik dengan variabel yang
utamanya membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau kedewasaan subjek
yang diteliti.
Studi
perkembangan biasanya dilakukan dalam periode longitudinal dengan waktu
tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan dimensi yang terjadi pada
seorang responden. Dimensi yang sering menjadi perhatian peneliti ini, misalnya
: intelektual, fisik, emosi, reaksi terhadap perlakuan tertentu, dan
perkembangan sosial anak. Studi perkembangan ini bisa dilakukan baik secara
cross-sectional atau longitudinal.
3. Studi
Kelanjutan ( Follow-up Study)
Studi
kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah
beberapa periode waktu tertentu memperoleh perlakuan, misalnya program
pendidikan. Studi kelanjutan ini dilkukan untuk melakukan evaluasi internal
maupun evaluasi eksternal, setelah subjek atau responden menerima program
disuatu lembaga pendidikan. Dalam penelitian study kelanjutan biasanya peneliti
mengenal istilaah antara output dan outcome. Output (keluaran) berkaiatann
dengan informasi hasil akhir setelah suatu program yang diberikan kepada subjek
sasaran diselesaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan data yang diambil dari
outcome (hasil) biasanya menyangkut pengaruh suatu perlakuan. Misalnya program
pendidikan kepada subjek yang diteliti setelah mereka kembali ke tempat asal
yaitu masyarakat.
4. Studi
Sociometrik (Sosiometric Studi)
Sosiometrik
adalah analisis hubungan antar pribadi dalam suatu kelompok individu. Prinsip
teori studi sosiometrik pada dasarnya adalah menanyakan pada masing-masing
anggota kelompok yang diteliti untuk menentukan dengan siapa dia paling suka,
untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok. Pada kasus ini dia dapat memilih 1
atau 3 orang dalam kelompoknya. Dari setiap anggota, peneliti akan memperoleh
jawaban yang bervariasi. Dengan menggunakan gambar sosiogram, posisi seeorang
akan dapat diterangkan kedudukannya dalam kelompok organisasi.
Beberapa istilah yang
digunakan dalam sosiogram, antaralain:
1. “bintang”
diberikan kepada mereka yang paling banyak dipilih oleh anggotanya`
2. “terisolasi”
diberikan kepada mereka yang tidak banyak dipilih oleh para anggota dalam
kelompok.
3. “klik”
diberikan kepada kelompok kecil anggota yang saling memilih masing-masing orang
dalam kelompoknya.
Dibidang pendidikan, sosiometrik telah banyak digunakan
untuk menentukan hubungan variable status seseorang misalnya pemimpin formal,
pemimpin dalam lembaga pendidikan atau posisi seseorang dalam kelompoknya
dengan variabel lain dalam kegiatan pendidikan.
Adapun langkah-langkah peneliti untuk melaksanakan
penelitian deskriptif adalah:
1. Mengidentifikasi
adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkkan melalui metode
deskriptif.
2. Membatasi
dan merumuskan permasalahn secara jelas.
3. Menentukan
tujuan dan manfaat penelitian.
4. Melakukan
studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan
5. Menentukan
kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipoteis penelitian.
6. Mendesain
metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan
populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen pengumpulan data, dan
menganalisis data.
7. Mengumpulkan,
mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang
relevan.
8. Membuat
laporan penelitian.
C. Pengolahan
Data
Mengolah data adalah proses persiapan sebelum
dilakukan analisis data, yaitu pencocokan (cecking),
pemberian label (Labeling), dan
memberikan kode (koding). Pengolahan
data dalam penelitian ini menggunakan selisih antara dari hasil tes awal dan hasil tes akhir dengan menggunakan
tabel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi dan Kondisi Tempat
Penelitian
Pada penelitian kali ini dilakukan
di SDN Kragilan 1 yang beralamat di Jln. Raya Jakarta-
Serang KM. 15 Kragilan, lokasi SDN Kragilan 1 ini tepat berada dipinggir jalan
raya berarti sangat strategis dan mudah terjangkau, sekolah ini memiliki visi
dan misi “merubah untuk membangun pendidikan yang berkualitas dan berbudi
luhur, 1) aktif dalam kegiatan
belajar di segala bidang; 2)kreatif dalam bidang teknologi dan dapet
memanfaatkannya; 3)berkualitas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi”.
Sekolah
ini pun berdekatan dengan gedung PGRI kecamatan Kragilan. Adapun kondisi
sekolah ini cukup baik, ini memiliki 12 ruang, 1 ruang guru, 1 ruang kepala
sekolah, dan 1 ruang Tata Usaha (TU), kantin sehat, mushala, beberapa ruang
praktek dan ekstrakulikuler, 1 ruangan pepustakaan, ruang computer, kamar mandi
guru, kamar mandi siswa putra, kamar mandi siswa putri masing-masing 1
ruangan, dan lapangan olahraga serta lapangan upacara yang cukup luas .
Selain itu banyak fasilitas belajar
mengajar di sekolah ini sudah sangat memadai dan cukup lengkap, mulai dari
kebutuhan belajar mengajar sampai fasilitas ekstrakulikuler, karena fasilitas
yang memadai dapat memancing siswa dengan mudah untuk berperan aktif serta
mengembangkan potensi dirinya. Dalam kondisi kelas sekolah ini dapat dibilang
cukup lengkap, mulai dari papan tulis, kipas angin, gambar Presiden dan Wakil
Presiden, hasil-hasil karya siswa yang dipajang didalam kelas, jam dinding dan
banyak lainnya, sehingga membuat keadaan kelas berwarna dan tidak monoton. Akan
tetapi ada beberapa kondisi kelas yang sangat memprihatinkan, bukan berarti
dari fasilitas yang kurang memadai akan tetapi ukuran rangannya terlalu kecil
atau jumlah siswanya terlalu banyak dalam beberapa ruang kelas, ini yang
terbilang tidak efektif dan kurang ideal dalam kegiatan pembelajaran, idealnya
dalam satu kelas terdiri dari 20-25 siswa saja, namun di sekolah ini khususnya
kelas V c terdiri dari 39 siswa dengan ukuran kelas yang kurang ideal, namun
dengan keadaan seperti inipun tidak mematahkan semangat mereka untuk mencari
ilmu, belajar di ruang kelas tercinta.
Karena pandangan baik masyarakat
pada sekolah ini dan penerimaan siswanya tidak dibatasi dan diperketat, maka
jumlah siswa setiap tahunnya meningkat akhirnya terjadi kurangnya ruangan, SDN
Kragilan 1 membagi jam belajar untuk beberapa kelas khususnya kelas 1 dan 2
pada waktu siang hari pukul 13.00 – 16.00 WIB. Walaupun begitu tidak mematahkan
semangat belajar siswa kelas 1 dan 2 ini karena berawal dari semangat guru
untuk belajar bersama mereka. Namun, ini yang menjadi sedikit ketidaknyamanan bagi
mereka yang menjadi kelas pergantian, akan tetapi ini sudah menjadi kebiasaan
mereka untuk saling memaklumi.
Selain itu, banyak jenis perlombaan
yang sering diikuti sekolah ini baik dari jenis akademik, ekstrakulikuler,
ataupun jenis perlombaan lainnya yang bersifat membina, melatih dan mendidik.
Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan
SDN Kragilan 1 sebanyak 27 orang, yang menjabat sebagai kepala sekolah tahun 2015/2016
ini adalah pak JAMHURI, S.Pd, MM. Adapun jumlah keseluruhan siswa SDN Kragilan
1 adalah 801 orang, dengan jumlah siswa putera 444 orang dan jumlah siswa
puteri adalah 357 orang.
Warga SDN Kragilan 1 sangat ramah
baik pendidik, tenaga kependidikan, ataupun siswa siswinya, begitu kami tiba di
sekolah untuk meminta ijin siswa-siswi sekolahpun langsung menghampiri dan
memberi salam, kemudian mengantarkan menuju ruang guru dan ruang kepala
sekolah. Dengan senang hati kepala sekolahnya langsung memberikan ijin padahal
kami belum membawa surat pengantar untuk itu, akhirnya kami berusaha untuk
dekat dengannya dan pendidik yang lainnya.
Ketika peneliti dekat dengan salah
satu guru kelas V C yaitu ibu Yeyet, kemudian berusaha untuk lebih dekat
membicarakan persoalan proses pembelajaran yang dilakukannya dengan jumlah
siswa kelas V C ini sebanyak 39 orang, “siswa kelas ini sangat aktif dan
antusias ketika dalam kondisi belajar, namun keantusiasan mereka hanya beberapa
siswa saja yang bisa bertahan lama” ujar ibu Yeyet sebagai guru kelas V C.
setelah lama berbincang, maka peneliti mendapatkan suatu permasalahan
pembelajaran yakni dalam materi KPK dan FPB dalam mata pelajaran matematika.
B.
Deskripsi
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
yang berjudul “Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan KPK dan FPB pada Mata Pelajaran Matematika di
Kelas V SDN KRAGILAN 1” bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil
belajar siswa setelah menggunakan model kooperatif dengan tipe NHT (Number
Heads Together), media papan faktor, modul/buku sekutu, dan LKS faktor sekutu.
Penelitian
ini dilakukan pada hari/tanggal Rabu, 05 Desember 2015 pukul 08.00 – 09.30 WIB,
dimana pada minggu-minggu ini adalah satu minggu sebelum mereka UAS. Penelitian
ini dilakukan di kelas VC dengan jumlah siswa 39 orang, penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran
matematika khususnya tentang KPK dan FPB, karena dalam pengoperasian sebelumnya
mereka hanya tahu menggunakan pohon faktor dan tidak menggunakan model yang
khusus, maka peneliti mencoba menerapkan model baru bagi mereka siswa kelas V C
dan membuat media baru pula yang pada kenyataannya mereka baru menemukan media
seperti peneliti gunakan.
Peneliti
menggunakan model kooperatif dengan tipe NHT (Number Heads Together) dimana
pada model ini siswa dituntut belajar berkelompok dan bekerjasama akan tetapi
dalam penyelesaian soalnya siswa ditutut untuk melakukan pekerjaan itu secara
individu, dari hasil setiap anggota dikumpulkan menjadi hasil akhir kelompok
mereka, dalam pembelajaran menggunakan model tipe NHT ini masing-masing siswa
memegang kartu angka yang diberikan guru dengan angka setiap siswa
berbeda-beda. Dalam tipe NHT ini, guru menunjuk atau mengambil kocokan yang telah
dipersiapkan sebelumnya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan
mewakili kelompok masing-masing, kemudian angka yang terambil atau muncul maka
salah satu siswa yang memegang angka tersebut maju untuk menjelaskan apa yang
telah mereka pelajari.
Dalam pembelajaran kali ini
peneliti menggunakan media yang diberi nama Papan Faktor, Lembar kerja siswa
yang diberi nama Faktor sekutu, modul dengan nama Buku Sekutu. Selain itu
peneliti juga membuat kartu angka berbeda yang akan dibagikan ke masing-masing
siswa beserta angka kocokan yang akan menentukan siapa yang mewakili. Ini semua
dipersiapkan guna sebagai penunjang dalam upaya memberikan
solusi terhadap permasalahan yang ditemukan di lapangan.
Adapun
dalam kegiatan pembelajarannya ini dilakukan dalam satu hari mencakup
penerapan/penggunaan model, modul/buku ajar, media, LKS, lembar kerja pre test
dan lembar kerja post tes yang telah
dipersiapkan.
Berikut
adalah gambaran dari rancangan perangkat pembelajaran dan pemaparan pengalaman pada
saat peneliti mengajar dengan menggunakan penunjang yang telah dipersiapkan:
1.
Pembukaan
Sebelum proses pembelajaran dimulai
peneliti diarahkan dan diperkenalkan oleh guru kelas V C.
Ketika peneliti masuk kelas dan
memberi salam, sebagian siswa ada yang tahu saya ternyata ini adalah siswa yang
pernah saya kunjungi sebelumnya tetapi dalam kelas yang berbeda, maksudnya
ketika mereka kelas IV saya pernah mengunjungi mereka dalam keperluan yang
berbeda, mereka masih sedikit ingat apa yang pernah saya berikan pada mereka,
sayapun beberapa orang dari mereka masih ingat nama-namanya, ini semakin saya
merasa nyaman dengan mereka. Beberapa menit mereka mengajak bercerita atau
mengulang kejadian pada saat mereka masih duduk di kelas empat. Tak lama
kemudian, karena teriring waktu yang mengingatkan maka saya langsung
memulainya.
Sebelum pembelajaran dimulai saya
meminta kepada Ketua Murid di kelas ini untuk mengajak teman-temannya berdoa sebelum
pembelajaran di mulai menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Sebelum
melanjutkan pada kegiatan selanjutnya saya memperkenalkan diri kembli karena
ada sebagian siswa yang belum kenal dan menyampaikan peraturan main atau
peraturan/tata tertib pembelajaran kali ini, dan meminta siswa agar tempat
duduk mereka membentuk huruf U dengan intrupsi dan bibmingan guru. Setelah
selesai berdoa saya kembali menyapa siswa kelas V C dengan penuh kegembiraan
karena tidak disengaja bertemu lagi dengan mereka, sambil sapa menyapa saya pun
menanyakan tetang kabar mereka, Alhamdulillah semua dalam keadaan sehat dan
bugar. Setelah itu, sedikit mengulas tentang materi yang masih mereka ingat
ataupun yang sudah mereka dapatkan. Kemudian menyampaikan pembelajaran hari itu
yaitu mengenai KPK dan FPB, dan penyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya yaitu
membagikan lembar soal pre tes yang akan didisi oleh masing-masing tanpa
melihat atau meminta jawaban pada temannya, tes awal ini bertujuan untuk
mengukur kemapuan siswa dalam pemahamannya sebelum mendapat penjelasan dari
guru. Kegiatan awal ini berlangsung 25 menit (08.00 – 08.25 WIB).
2. Kegiatan
inti
Sebelum masuk kegiatan inti saya mengajak siswa bernyanyi
bersama sambil membagikan kartu angka secara acak, setelah masing-masing siswa
mendapatkan kartu angka, maka guru membagi kelas V C menjadi 8 kelompok secara
heterogen sesuai dengan angka yang dimilikinya.
Setelah itu masuk ke kegiatan inti yakni membahas tentang KPK dan FPB,
dengan antusias siswa mengajukan pendapatnya mengenai KPK dan FPB. Guru
menerima dan meluruskan pendapat mereka.
Guru membagikan modul yang berjudul “Buku Sekutu”, buku
ini dibagikan pada masing-masing kelompok kemudian mereka membacanya dengan
bimbingan guru. Guru mengambil angka kocokan kemudian siswa yang memiliki
angka yang keluar tersebut harus berani
maju untuk menjelaskan tentang KPK dan FPB yang tertera dalam modul maupun
dalam bimbingan guru. Begitupun selanjutnya sampai pengoperasian dalam cara
penyelesaiannya.
Setelah selesai membahas yang tertera di modul, maka guru
mencoba menggunakan media pembelajaran yang diberi nama “Papan Faktor” dalam
proses perhitungannya, media ini dapat digunakan mengoperasikan 2 sampai 3
angka dalam penentuan KPK ataupun FPB. Agar lebih jelas dan siswa dapat mencoba
media ini maka guru membagikan Lembar Kerja Siswa yang diberi nama Faktor
Sekutu yang berisikan langkah kerja dan peanentuang angka yang akan
dioperasikan (masing-masing kelompok berbeda) dikerjakan secara berkelompok
maju untuk menggunakan media secara bergantian, dalam LKS tertera langkah yang
harus siswa lakukan untuk menggunakan media pembelajaran secara bergantian
sampai semua kelompok selesai. Namun, dalam penentuan siapa yang akan
menyelesaikannya tetap digunakan angka kocokan.
Setelah pemaparan materi, penggunaan modul dan media
sudah tersampaikan, maka lembar kerja kedua (pos tes) dibagikan kemudian diisi
oleh masing-masing siswa, guna untuk melihat perbandingan hasil yang diperoleh
setelah pemaparan materi menggunakan system pendukung baik dari modul ataupun
media yang digunakan. Kegiatan inti selesai dalam waktu 45 menit
3.
Kegiatan akhir (Penutup)
Pada kegiatan akhir ini saya
mengambil angka kocokan kembali dan siswa yang memegang angka tersebut maju
untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan hari ini lebih tepatnya memberi
kesimpulan pembelajaran, setelah siswa memberikan kesimpulan maka saya pun
memberikan kesimpilan dan penguatan mengenai pembelajaran hari ini, menginformasikan
pembelajaran yang akan datang. Guru memberikan motivasi kepada siswa, kemudian
Guru meminta salah satu siswa untuk mempin doa sebelum diakhirinya pembelajran
hari ini, kemudian memberikan salam.
C.
Deskripsi
data Hasil Tes Belajar
Data tes digunakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Tes ditujukan kepada siswa kelas V C SDN Kragilan 1 dengan
menggunakan dua perbandingan, yakni tes awal yang disebut Pre test dan tes
akhir yang yang disebut Post test.
Pre
Test ini dilakukan pada saat kegiatan awal (pembukaan), dilakukannya pre test
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pengetahuannya mengenai KPK dan
FPB baik dari definisi ataupun proses pengoperasiannya dalam menyelesaikan soal
KPK atau FPB baik dalam bentuk cerita ataupun bukan soal cerita pada siswa
kelas V C S Tahun Ajaran 2015/2016. Dan Post test adalah tes kedua yang
diselesaikan secara individu dan diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil pre
test dan post tes dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL
1
NILAI
HASIL PRE TEST DAN POST TEST
NO
|
NAMA
|
NILAI
|
KETERANGAN
|
|
PRE TEST
|
POST TES
|
|||
1
|
AISYAH RAMADANTI
|
60
|
100
|
Meningkat
|
2
|
AIYA AUYANTI ASYAFAH
|
30
|
60
|
Meningkat
|
3
|
AMRULLAH
|
25
|
60
|
Meningkat
|
4
|
ANDRE AZFA AFIA HANAN
|
35
|
100
|
Meningkat
|
5
|
ANGGA ROHMANSYAH
|
10
|
60
|
Meningkat
|
6
|
ANIAN IDA FADILAH
|
35
|
60
|
Meningkat
|
7
|
AYU PUJI LESTARI
|
25
|
40
|
Meningkat
|
8
|
AZI Y
|
45
|
80
|
Meningkat
|
9
|
BUNGA HILYATUL A
|
0
|
60
|
Meningkat
|
10
|
DINDA PUSPITA FEBRIANI
|
40
|
80
|
Meningkat
|
11
|
DZOCKY NURSYAM AKBAR
|
30
|
50
|
Meningkat
|
12
|
ERLANGGA BINTANG P
|
20
|
60
|
Meningkat
|
13
|
FAJAR NUGROHO
|
20
|
80
|
Meningkat
|
14
|
HENDI JOHANDROTUA SIMANULLANG
|
25
|
90
|
Meningkat
|
15
|
INDAH RAHAYU
|
60
|
70
|
Meningkat
|
16
|
INTAN PERMATA SARI
|
0
|
65
|
Meningkat
|
17
|
IRFAN A
|
25
|
80
|
Meningkat
|
18
|
JIHAN NASYA AZAHRA
|
50
|
60
|
Meningkat
|
19
|
LIA SAFITRI
|
0
|
50
|
Meningkat
|
20
|
M FARHAN
|
0
|
40
|
Meningkat
|
21
|
M IDRENT.I.P
|
10
|
100
|
Meningkat
|
22
|
M ILHAM RAMADAN
|
10
|
60
|
Meningkat
|
23
|
M RENDI SYAPUTRA
|
10
|
40
|
Meningkat
|
24
|
M RIKO S
|
10
|
40
|
Meningkat
|
25
|
M ROZANI
|
30
|
40
|
Meningkat
|
26
|
MAULANA MAJID IBRAHIM
|
20
|
60
|
Meningkat
|
27
|
PUTRA DUANA ARYA K
|
45
|
70
|
Meningkat
|
28
|
PUTRI SIARAS ISTIQOMAH
|
30
|
80
|
Meningkat
|
29
|
RAYAN NURFARIZKY
|
10
|
50
|
Meningkat
|
30
|
RESTU. C
|
45
|
70
|
Meningkat
|
31
|
RIPALDI SAPUTRA
|
30
|
90
|
Meningkat
|
32
|
RIYAN FIRMANSYAH
|
50
|
50
|
Tetap
|
33
|
RIYAN RADITIYA MARDATIARA
|
45
|
60
|
Meningkat
|
34
|
RIYAN SAPUTRA
|
30
|
50
|
Meningkat
|
35
|
ROSALIA
|
25
|
60
|
Meningkat
|
36
|
RURI YULIA MISWANTI
|
40
|
80
|
Meningkat
|
37
|
SELA J
|
0
|
80
|
Meningkat
|
38
|
SHELLA LUTFIA AFIFAH
|
55
|
90
|
Meningkat
|
39
|
TRI SULARNI
|
45
|
60
|
Meningkat
|
|
JUMLAH
|
1075
|
2575
|
|
SKOR RATA-RATA
|
53.75
|
128.75
|
|
Table 2
NILAI PRE TEST
NO
|
NAMA
|
NILAI
|
PRE TEST
|
||
1
|
AISYAH RAMADANTI
|
60
|
2
|
AIYA AUYANTI ASYAFAH
|
30
|
3
|
AMRULLAH
|
25
|
4
|
ANDRE AZFA AFIA HANAN
|
35
|
5
|
ANGGA ROHMANSYAH
|
10
|
6
|
ANIAN IDA FADILAH
|
35
|
7
|
AYU PUJI LESTARI
|
25
|
8
|
AZI Y
|
45
|
9
|
BUNGA HILYATUL A
|
0
|
10
|
DINDA PUSPITA FEBRIANI
|
40
|
11
|
DZOCKY NURSYAM AKBAR
|
30
|
12
|
ERLANGGA BINTANG P
|
20
|
13
|
FAJAR NUGROHO
|
20
|
14
|
HENDI JOHANDROTUA SIMANULLANG
|
25
|
15
|
INDAH RAHAYU
|
60
|
16
|
INTAN PERMATA SARI
|
0
|
17
|
IRFAN A
|
25
|
18
|
JIHAN NASYA AZAHRA
|
50
|
19
|
LIA SAFITRI
|
0
|
20
|
M FARHAN
|
0
|
21
|
M IDRENT.I.P
|
10
|
22
|
M ILHAM RAMADAN
|
10
|
23
|
M RENDI SYAPUTRA
|
10
|
24
|
M RIKO S
|
10
|
25
|
M ROZANI
|
30
|
26
|
MAULANA MAJID IBRAHIM
|
20
|
27
|
PUTRA DUANA ARYA K
|
45
|
28
|
PUTRI SIARAS ISTIQOMAH
|
30
|
29
|
RAYAN NURFARIZKY
|
10
|
30
|
RESTU. C
|
45
|
31
|
RIPALDI SAPUTRA
|
30
|
32
|
RIYAN FIRMANSYAH
|
50
|
33
|
RIYAN RADITIYA MARDATIARA
|
45
|
34
|
RIYAN SAPUTRA
|
30
|
35
|
ROSALIA
|
25
|
36
|
RURI YULIA MISWANTI
|
40
|
37
|
SELA J
|
0
|
38
|
SHELLA LUTFIA AFIFAH
|
55
|
39
|
TRI SULARNI
|
45
|
|
JUMLAH
|
1075
|
SKOR RATA-RATA
|
53.75
|
60, 60,
55, 50,50, 45, 45, 45, 45, 45, 40, 40, 35, 35, 30, 30, 30, 30, 30, 30, 25, 25,
25, 25, 25, 20, 20, 20, 10, 10, 10, 10, 10, 10, 0, 0, 0, 0, 0.
n = 39
Nilai
tertinggi = 60
Nilai
terendah = 0
1.
Rentang =
nilai gertinggi – nilai terendah
= 60 – 0
= 60
2.
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n
= 1 +
3,3 (log 60)
= 1 +
3,3 (1,77)
= 1 +
5,84
= 6,84
= 6
Jadi, banyak
kelas yang diambil adalah 6.
3.
Panjang kelas interval = rentang : banyak kelas
= 60 :
6
= 10
TABEL 3
Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test
Interval
|
fi
|
xi
|
fi.xi
|
xi2
|
fi.xi2
|
0 – 10
|
5
|
5
|
25
|
25
|
625
|
11 – 21
|
6
|
16
|
96
|
256
|
1536
|
22 – 32
|
3
|
27
|
81
|
729
|
2187
|
33 – 43
|
5
|
38
|
190
|
1444
|
7220
|
44 – 54
|
6
|
49
|
294
|
2401
|
14406
|
56– 66
|
4
|
61
|
244
|
3721
|
14884
|
Jumlah
|
39
|
196
|
930
|
8576
|
40858
|
Xi = batas atas + batas bawah
2
|
TABEL 4
NILAI POST TEST
NO
|
NAMA
|
NILAI
|
POST TES
|
||
1
|
AISYAH RAMADANTI
|
100
|
2
|
AIYA AUYANTI ASYAFAH
|
60
|
3
|
AMRULLAH
|
60
|
4
|
ANDRE AZFA AFIA HANAN
|
100
|
5
|
ANGGA ROHMANSYAH
|
60
|
6
|
ANIAN IDA FADILAH
|
60
|
7
|
AYU PUJI LESTARI
|
40
|
8
|
AZI Y
|
80
|
9
|
BUNGA HILYATUL A
|
60
|
10
|
DINDA PUSPITA FEBRIANI
|
80
|
11
|
DZOCKY NURSYAM AKBAR
|
50
|
12
|
ERLANGGA BINTANG P
|
60
|
13
|
FAJAR NUGROHO
|
80
|
14
|
HENDI JOHANDROTUA SIMANULLANG
|
90
|
15
|
INDAH RAHAYU
|
70
|
16
|
INTAN PERMATA SARI
|
65
|
17
|
IRFAN A
|
80
|
18
|
JIHAN NASYA AZAHRA
|
60
|
19
|
LIA SAFITRI
|
50
|
20
|
M FARHAN
|
40
|
21
|
M IDRENT.I.P
|
100
|
22
|
M ILHAM RAMADAN
|
60
|
23
|
M RENDI SYAPUTRA
|
40
|
24
|
M RIKO S
|
40
|
25
|
M ROZANI
|
40
|
26
|
MAULANA MAJID IBRAHIM
|
60
|
27
|
PUTRA DUANA ARYA K
|
70
|
28
|
PUTRI SIARAS ISTIQOMAH
|
80
|
29
|
RAYAN NURFARIZKY
|
50
|
30
|
RESTU. C
|
70
|
31
|
RIPALDI SAPUTRA
|
90
|
32
|
RIYAN FIRMANSYAH
|
50
|
33
|
RIYAN RADITIYA MARDATIARA
|
60
|
34
|
RIYAN SAPUTRA
|
50
|
35
|
ROSALIA
|
60
|
36
|
RURI YULIA MISWANTI
|
80
|
37
|
SELA J
|
80
|
38
|
SHELLA LUTFIA AFIFAH
|
90
|
39
|
TRI SULARNI
|
60
|
|
JUMLAH
|
2575
|
SKOR RATA-RATA
|
128.75
|
40, 40,
40, 40, 40, 50, 50, 50, 50, 50, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60,
65, 70, 70, 70, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 90, 90, 90, 100, 100, 100.
N = 39
Nilai
maksimal = 100
Nilai
minimal = 40
1.
Rentang =
nilai maksimal – nilai minimal
= 100 – 40
= 60
2.
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n
= 1 +
3,3 (log 60)
= 1 +
3,3 (1,77)
= 1 +
5,84
= 6,84
= 6
Jadi,
banyak kelas yang diambil adalah 6.
3.
Panjang kelas interval = rentang : banyak kelas
= 60 :
6
= 10
TABEL 5
DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI POST TEST
Interval
|
fi
|
xi
|
fi.xi
|
xi2
|
fi.xi2
|
40 – 50
|
10
|
45
|
450
|
2025
|
20250
|
51 – 61
|
12
|
56
|
672
|
3136
|
37632
|
62 – 72
|
4
|
67
|
268
|
4489
|
17956
|
73 – 83
|
7
|
78
|
546
|
6084
|
42588
|
84 – 94
|
3
|
89
|
267
|
7921
|
23763
|
95 – 105
|
3
|
100
|
300
|
10000
|
30000
|
Jumlah
|
39
|
435
|
2503
|
33655
|
172189
|
Xi = batas atas + batas bawah
2
|
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika mengenai KPK dan
FPB di kelas V C SDN Kragilan 1. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan
tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) untuk mengetahui apakah ada
peningkatan hasil belajar melalui kegiatan ini. Soal tes berupa uraian yang
harus dicari hasilnya oleh siswa, jumlah soal pada pre test dan post tes
masing-masing 5 butir soal, skor maksimum pada tes ini adalah 100, satu butir
soal masing- masing memiliki skor 20.
Berdasarkan analisis data tes,
rata-rata skor siswa pada pre test adalah 53,75. Pada pre test ini ada beberpa
siswa yang tidak bisa mengisi atau blum ada motivasi untuk menyelesaikan soal
tersebut. Akan tetapi jika dilihat dari rata-rata skor siswa pada post test
adalah 128.75, ini lebih meningkat dan terlihat
motivasi dan keinginan siswa untuk menyelesaikan soal tersebut. Dilihat dari
perbandingan antara pre test dan post tes adalah selisih 75.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan
dan penelitian dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis data tentang
perbandingan hasil belajar antara Pre test dan Post test pada mata pelajaran
matematika tentang KPK dan FPB dikelas V C SDN KRAGILAN 1 tahun ajaran 2015/2016,
diketahui bahwa hasil yang didapat antara pre test dan post tes mengalami
peningkatan (lihat table 1).
Hal ini menunjukan bahwa
terjadi peningkatan hasil belajar antara pre test dengan post test yang
dilakukan pada mata pelajaran Matematika di kelas V C SDN KRAGILAN 1.
Berdasarkan penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif
dengan tipe NHT (Number Heads Together), modu/buku sekutu, LKS faktor sekutu,
media Papan faktor, pre test dan post tes. Kegiatan belajar seperti ini yang
membuat siswa semangat untuk belajar, karena dalam penggunaan system pendukung
ini siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru, system pendukung ini
membuat siswa aktif dalam belajar.
Sedangkan yang membuat hasil
belajar siswa tidak sesuai apa yang diharapkan adalah pembawaan ketika mengajar
baik dari kesiapan guru mengajar ataupun hal lain yang membuat siswa tertarik
untuk belajar.
Kelebihan dan kelemahan model
serta system pendukung dalam pembelajaran ini adalah siswa menjadi terlalu
aktif, maka kita sebagai guru harus mempunyai cara agar siswa dapat
dikendalikan dengan baik oleh kita.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian,
penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu pada saat proses belajar siswa
diharapkan siswa lebih aktif dengan bertanya kepada guru mengenai materi yang
kurang dimengerti dan membisakan menjawab dengan bahasa sendiri agar mudah
dimengerti dan diingat oleh siswa.
Dalam penggunaan pre test dan
post tes atau pun system pendudukung lainnya hendaknya diterapkan pada kelas
yang jumlahnya tidak terlalu padat dengan cara membentuk maksimal 6 kelompok
masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang, sehingga siswa benar-benar
melakukan aktivitas sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ingin dicapai.
Sebaiknya guru selalu
mempertimbangkan model, metode, bahan ajar, atau system pendukung akan
digunakan ketika mengajar agar proses pembelajaran mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta :
RajaGrafindo Persada
Cholid, Abu. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Karso, dkk. 2009. Pendidikan
Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka
Khairunnisa, Afidah. 2014.
Matematika Dasar. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Majid abdul.2014.Strategi Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosda karya (halaman 120-129).
Narbuko, Kholid. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT
Bumi Aksara
Rusman.
2012. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pers. (halaman 131-146/ 147-166/ 285-290/ 321-322).
Sanjaya,
Wina. 2010. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
(halaman 211-215 /
219 /241-245 / 247 / 249/255-257 / 262-263 / 272).
Sukardi. 2009. METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Trianto.
2010. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: PT Bumi Aksara (halaman 51-55).
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar