Selasa, 05 Januari 2016

SEMINAR PROPOSAL



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003  tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003).
      Matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Berdasarkan Elea Tinggih (Erman Suherman, 2001). Matematika dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh keceramatan. Namun, pengembangan sistem atau model matematika itu tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada anak-anak usia SD. Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para ahli dan apa yang dapat diterima oleh guru yang berhasil mempelajarinya, merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan bagi anak-anak. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran matematika di SD selalu dibicarakan.
      Menurut survei, matematika adalah mata pelajaran yang dianggap kurang menarik bagi anak-anak usia sekolah dasar ataupun sekolah sederajat lainnya, apalagi gaya mengajar pendidiknya yang kurang menarik. Karena semenarik apapun materinya jika strategi dan cara pengaplikasiannya kurang tepat dengan materi tersebut maka proses pembelajaranpun tidak akan menghasilkan apa yang diharapkan.
      Di SDN KRAGILAN 1 tepatnya kelas V C kabupaten Serang peneliti memperoleh suatu permasalahan yang kaitannya dengan mata pelajaran Matematika yaitu mengenai KPK dan FPB, pendidik hanya menjelaskan materi KPK dan FPB dengan menggunakan pohon faktor secara langsung yang ditulis di papan tulis, akibatnya hasil belajar siswa kurang dari apa yang di harapkan.
      Melihat fakta tersebut penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) yaitu model pembelajaran yang menuntut siswa belajar berkelompok. Untuk membantu hasil belajar siswa dengan apa yang diharapkan atas materi tersebut maka peneliti menggunakan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan KPK Dan FPB pada Mata Pelajaran Matematika”.
B.     Fokus Kajian
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan KPK dan FPB pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas V SDN KRAGILAN 1  Melalui” :
1.      Model              : Kooperatif tipe NHT (Number Head Together)
2.      Alat peraga      : Papan Faktor
3.      Modul             : Buku Sekutu
4.      LKS                : Faktor Sekutu

C.    Tujuan
      Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Pada bagian tujuan umum akan dijelaskan secara umum mengenai tujuan penelitian. Sedangkan pada bagian tujuan khusus akan diuraikan secara rinci mengenai tujuan penelitian. Uraian lebih rinci mengenai tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan yang memiliki skala yang lebih luas dan bersifat umum. Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika di kelas V C SDN KRAGILAN 1 Kabupaten Serang, Banten.
2.      Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah tujuan yang dirumuskan dengan skala yang lebih sempit. Tujuan khusus penulis adalah meningkatkan pengetahuan bahwa bahan ajar, alat peraga, model ataupun strategi yang digunakan pendidik sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V C khususnya di SDN KRAGILAN 1.

BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Model Pembelajaran
1.      Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancangan pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends,1997:7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992:4) dalam (Trianto, 2010: 51) bahwa “ Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajar untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Joyce dan weil (1992: 1) menyatakan bahwa “models of teaching are really models of learning . as we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves,we are also teaching them how to learn”.  Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka mengajar.
Model pembelajaran mempunyai tiga ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
a.       Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
b.      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan belajar yang akan dicapai);
c.       Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000).
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

2.      Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
        Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Number Heads Together pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memastikan pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa (Ibrahim, 2000:28).
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik.
Dalam tipe NHT ini, guru menunjuk salah satu siswa dari tiap kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok masing-masing dalam menjelaskan apa yang telah mereka pelajari.
Keungulan pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together yaitu untuk menumbuh kembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab siswa karena metode diskusi kelompok model pembelajaran kooperatif  tipe Number Heads Together menekankan kemampuan siswa secara individual meskipun dilaksanakan secara berkelompok, dan kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator. Sedangkan kelemahannya adalah penerapan yang akan di lakukan butuh waktu yang lebih lama.
Menurut Ibrahim dan Herdian (2009:7) tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a.            Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b.            Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
c.            Pengembangan keterampilan social bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Langkah-langkah (sintaks) pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalah sebagai berikut:
a.              Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.
b.             Masing –masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
c.              Guru memberikan tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok  untuk mengerjakannya.
d.             Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
e.              Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
f.              Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.
g.             Memberi kesimpulan.
          Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain:
a.              Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b.             Memperbaiki kehadiran
c.              Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d.             Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e.              Konflik antara pribadi berkurang
f.              Pemahaman yang lebih mendalam
g.             Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h.             Hasil belajar lebih tinggi
i.               Nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji
j.               Kreatifitas siswa termotivasi dan wawasan siswa berkembang, karena mereka harus mencai informasi dari berbagai sumber.
          Kelebihan model Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut:
a.              Menumbuh kembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab
b.             Setiap siswa menjadi siap semua.
c.              Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
d.             Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
e.              Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
          Kelemahan model Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut:
a.              Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b.             Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
c.              Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. 
d.             Waktu yang dibutuhkan banyak.
e.              Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

B.     Hakikat Pembelajaran Matematika
      Kata “matematika” berasal dari bahasa yunani kuno μάθημα (máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi  “pengkajian matematika”, bahkan demikian juga pada zaman yunani kuno. Kata sifatnya adalah μαθηματικός (mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis. secara khusus, μαθηματικὴ τέχνη (mathēmatikḗ tékhnē), di dalam bahasa latin ars mathematica berarti seni matematika.
      Asal mula pemikiran matematika terletak di dalam konsep bilangan, besaran, dan bangun. Selain mengetahui cara mencacah objek-objek fisika, manusia prasejarah juga mengenali cara mencacah besaran abstrak, seperti waktu- hari, musim, dan tahun. Aritmatika dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) mengikuti secara alami.
      Penggunaan terkuno matematika adalah di dalam perdagangan, pengukuran tanah, pelukisan, dan pola-pola penenunan dan pencatatan waktu dan tidak pernah berkembang luas hingga tahun 3000 SM ke muka orang babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmatika, aljabar, dan geometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan lainnya, bangunan dan konstruksi, dan astronomi. Pengkajian matematika yang sistematis di dalam kebenarannya sendiri dimulai pada zaman Yunani Kuno antara tahun 600 dan 300 SM.
      FPB atau Faktor Persekutuan Terbesar dapat diartikan sebagai bilangan bulat positif yang memiliki nilai terbesar yang dapat membagi habis dua buah bilangan atau lebih. KPK atau Kelipatan Persekutuan Terkecil adalah bilangan bulat positif dengan nilai terkecil yang bisa habis bila dibagi dengan kedua bilangan tersebut. Untuk menemukan faktor prima dari suatu bilangan, biasanya dipergunakan konsep pohon faktor. Namun, disini peneliti mencoba memperkenalkan alat peraga ataupun media yang berbeda.

C.    Media dan Alat Peraga
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harfiah berarti “tengah” “perantara” atau “pengantar”. Media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Gagne dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, vidio camera, vidio recorder, film slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.  Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dilain pihak, National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komuniksi baik tercetak, maupun audio-visual dan peralatannya, dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi.
      Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1.      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2.      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3.      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4.      Media pembelajaran dapat memberiakan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjunagan ke museum atau kebun binatang.
Alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Fungsi alat peraga dimaksudkan agar komunikasi antara guru dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang konsep abstrak matematika yang diinformasikan kepadanya.
Adapun alat peraga yang digunakan peneliti untuk tercapainya hasil belajar yang baik adalah Papan Faktor.
  1. Nama Alat       : Papan Faktor
  2. Tujuan Alat     : Untuk menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dan
                                      kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
  1. Materi              : Faktor persekutuan terbesar (FPB) dan kelipatan                                            persekutuan terkecil (KPK)
  2. Alat dan Bahan:
a.       Papan Infra Board (sebagai alas)
b.      Double tip
c.       HVS warna (11 lembar)
d.      Gunting kertas
e.       Penggaris
f.       Pensil
g.      Spidol
h.      Kertas origami
i.        Karton warna

5.      Cara Pembuatan :
a.       Siapkan semua alat dan bahan.
b.      Siapkan papan infra board sebagai alas
c.       Buatlah judul media dengan menggunakan kertas warna dan kertas origami
d.      Buatlah dua buah kantong (kantong pertama sebagai tempat kartu angka, kantong kedua sebagai kantong stik).
e.       Potonglah karton menjadi empat buah dengan masing-masing ukuran ± 60cm x 4cm
f.       Pasangkan empat potong karton tersebut ke papan yang telah disediakan dengan posisi horizontal.
g.      Gulunglah kertas warna dengan ukuran panjang ±30cm menjadi gulungan yang kecil sebagai pembatas (sebanyak 11 buah).
h.      Tempelkan kertas warna yang sudah digulung kecil dengan posisi vertical dengan jarak masing-masing pembatas ±6cm di atas empat potong karton yang sudah di tempel.
i.         Buatlah tiga buah kantong kecil menggunakan karton warna dengan ukuran 10cm x 3cm sebanyak tiga buah (sebagai penempatan angka yang akan difaktorkan)
j.        Tempelkan kantong yang berukuran kecil disebelah kiri papan dengan arah horizontal.
k.      Tempelkan dua kantong yang telah dibuat (untuk stik dan kartu angka) dengan posisi dibawah kantong angka dan garis faktor.
l.        Beri label angka pada empat potong karton yang telah ditempel dan diberi pembatas (angka 1-40)
m.    Tempelkan judul yang telah dibuat dengan posisi paling atas dalam papan.
6.      Cara Penggunaan
a.       Tentukan dua atau tiga angka dan ambil angka yang akan dioperasikan (ambil didalam kantong angka)
b.      Pasangkan kartu angka tersebut kedalam kantong kecil yang berfungsi sebagai penempatan kartu angka.
c.       Jika siswa sudah mengetahui dan menentukan angka kelipatan , maka siswa dapat dengan langsung mengambil dan memasangkan stik ke dalam kantong yang telah diberi label angka.  (kegiatan dilakukan berulang sesuai dengan angka kelipatan yang akan ditentukan)
d.      Dalam pemasangan stik tersebut diusahakan ada perbedaan warna antara stik pertama dan selanjutnya. 
e.       Hasil akan terlihat ketika dalam kantong faktor terdapat dua atau lebih stik yang berada didalamnya.
7.      Kelebihan alat peraga tersebut adalah :
a.       Alat dan bahan mudah didapat
b.      Mudah diaplikasikan
c.       Membuat menarik perhatian siswa
d.      Membuat siswa lebih aktif dan bekerja sama.
8.      Kekurangan  alat peraga tersebut adalah :
a.       Dari pembuatan alat peraga ini sedikit agak rumit
b.      Angka yang tertera terbatas
c.       Alat peraga Mudah hancur

D.    Modul
      Peneliti menggunakan nama modul/bahan ajar untuk proses pembelajaran adalah “Buku Sekutu”.
      Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.
      Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan belajar pada mata kuliah atau mata pelajaran tertentu untuk keperluan proses pembelajaran tertentu, sebuah kompetensi atau subkompetensi yang dikemas dalam suatu modul secara utuh (self contained), mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara mandiri (self instructional).
      Dengan demikian modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang tersusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional) dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang sajikan dalam modul tersebut.
      Menurut status dan fungsinya dalam keseluruhan program pengajaran, maka modul dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.      Modul inti yaitu kurikulum dasar yang dapat dijabarkan dalam serangkaian unit-unit program pengajaran, menurut tingkat (kelas) dan bidang studi (mata pelajaran). Unit-unit program pengajaran itu dapat disusun dalam bentuk modul-modul pengajaran.
2.      Modul pengayaan yaitu suatu program pendidikan tambahan bagi siswa-siswa yang telah menyelesaikan program pendidikan dasarnya dengan waktu yang lebih cepat.
      Modul memiliki sifat self contained, artinya dikemas dalam satu kesatuan yang utuh untuk menccapai kompetensi tertentu. Modul juga memiliki sifat membantu dan mendorong pembacanya untuk mampu membelajarkan diri sendiri (self instructional) dan tidak bergantung pada media lain (self alone) dalam penggunaanya.
      Salah satu tujuan penyusunan modul adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik siswa, serta setting atau  latar belakang lingkungan sosialnya.
      Modul memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun dari kepentingan guru. Bagi siswa, modul bermanfaat antara lain:
1.      Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri.
2.      Belajar mandiri lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pembelajaran.
3.      Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
4.      Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latiahan yang disajikan dalam modul.
5.      Mampu membelajarkan diri sendiri.
6.      Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.
Bagi guru, penyusunan modul bermanfaat karena:
1.    Mengurangi kebergantungan terhadap ketersediaan buku teks.
2.    Memperluas wawasan karena disusun dengan mengguanakan berbagai referensi.
3.    Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar.
4.    Membangun komunikasi yang efektik antara dirinya dan siswa karena pembelajaran tidak harus berjalan tatap muka.
5.    Menembah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Sebagaimana bahan ajar yang lain, penyusunan modul hendaknya memperhatikan berbagai prinsip yang membuat modul tersebut dapat memenuhi tujuan penyusunannya. Prinsisp yang harus dikembangkan, antara lain:
1.    Disusun dari materi yang mudah untuk memahami yang lebih sulit, dan dari yang konkret untuk mamahami yang semikonkrit dan abstrak.
2.    Menekankan pengulangan untuk memperkuat pemahaman.
3.    Umpan balik yang positif akan memberikan penguatan terhadap siswa.
4.    Memotivasi adalah salah satu upaya yang dapat menentukan keberhasilan belajar.
5.    Latihan dan tugas untuk menguji diri sendiri.
Modul pada dasarnya merupakan sarana pembelajaran yang memuat materi dan cara-cara pembelajarannya. Oleh karena itu penyusunannya hendak mengikuti cara-cara penyusunan perangkat pembelajaran pada umumnya. Sebelum menyusun modul guru harus melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar yang akan dibelajarkan. Selain itu guru juga melakukan identifikasi terhadap indikator-indikator pencapaian kompetensi yang terdapat dalam silabus yang telah disusun. Penyusunan sebuah modul pembelajaran yang diawali dengan urutan kegiatan sebagai berikut:
1.      Menentukan judul modul yang akan disusun.
2.      Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi lainnya.
3.      Melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar, melakukan kajian terhadap materi pembelajarannya, serta merancang bentuk kegaitan pembelajaran yang sesuai.
4.      Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan merancang bentuk dan jenis penilaian yang akan disajikan.
5.      Merancanng format penulisan modul.
6.      Penyusunan draf modul.
Setelah draf modul tersusun, kegiatannya adalah melakukan validasi dan finalisasi terhadap draf modul tersebut. Kegiatan ini sangat penting agar modul yang disajikan (dibelajarkan) kepada siswa benar-benar valid dari segi isi dan efektivitas modul dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan.
           Penggunaan modul dalam pembelajaran melatih siswa untuk belajar mandiri. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun modul adalah kecermatan dalam menyusun kalimat sehingga modul yang tersusun komunikatif dan mudah digunakan sebagai panduan belajar bagi siswa.


E.     Lembar Kerja Siswa (LKS)
      Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan Lembar Kerja Siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
      Menurut Soekamto Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai. Sedangkan menurut Akhyar dan Mustain LKS adalah materi ajar yang  sudah  dikenal  sedemikian  rupa  sehingga  siswa  diharapkan  dapat mempelajari materi ajar tersebut (Lismawati, 2010: 38). Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran yang berisi materi ajar yang memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan menguasai materi.
      Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana pembelajaran (RP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa). LKS sangat baik dipakai untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar, baik diperguanakan dalam strategi heuristik maupun strategi ekspositorik. Dalam strategi heuristik, LKS dipakai dalam penetapan metode terbimbing, sedangkan strategi ekspositorik, LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan.
      LKS sebaiknya dirancang oleh guru sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajarannya. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penenaman konsep (tahap lanjutan konsep baru) atau pada tahap pemahaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep) karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik. Pada tahap pemahaman konsep, LKS dimanfaatkan untuk mempelajari pengetahuan tentang tipik yang telah dipelajari, yaitu penanaman konsep (Lestari, 2006:19).   Menurut Pandoyo, kelebihan dari penggunaan LKS adalah :
1.        Meningkatkan aktivitas belajar.
2.        Mendorong siswa mampu bekerja sendiri.
3.        Membimbing siswa secara baik ke arah pengembangan konsep.
       Menurut Repository Universitas Pendidikan Nasional (hal 13) terdapat macam-macam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran sebagai berikut :
1.      Berdasarkan isinya
a.       Lembar Kerja Siswa yang berisi narasi dan gambar yang diberi keterangan- keterangan.
b.      Lembar Kerja Siswa yang berisi gabungan antara narasi dan gambar-gambar yang diberi keterangan.
2.      Berdasarkan langkah kerja
a.       Lembar Kerja Siswa resep yaitu sistematika langkah kerja ditulis secara terperinci.
b.      Lembar Kerja Siswa non resep yaitu langkah kerjanya ditulis dengan pertanyaan-pertanyaan pengarah.
3.      Berdasarkan metode
a.       Lembar Kerja Siswa eksperimen yaitu dijadikan pedoman untuk melakukan eksperimen dan dapat memuat semua jenis keterampilan proses .
b.      Lembar Kerja Siswa non eksperimen yaitu dijadikan pedoman untuk memahami konsep atau prinsip tanpa memuat eksperimen dan hanya memuat ketrampilan proses tertentu.
Menurut Lismawati (2010: 39) menjelaskan adapun ciri-ciri LKS adalah sebagai berikut:
a.    LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sapai seratus halaman.
b.    LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan tertentu.
c.    Di  dalamnya  terdiri  uraian  singkat  tentang  pokok  bahasan  secara umum,  rangkuman  pokok  bahasan,  puluhan  soal-soal  pilihan  ganda dan soal-soal isian.
Walaupun Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai media yang efektif dalam pembelajaran karena media yang sederhana dan dapat menjangkau semua kalangan pelajar. Setiap media pasti memiliki keunggulan dan kekurangan, untuk keunggulan dan kekurangan dari media pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Lismawati (2010:40) sebagai berikut:
a.         Dari aspek penggunaan: merupakan media yang paling mudah. Dapat  dipelajari dimana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.
b.        Dari aspek pengajaran: dibandingkan media pembelajaran jenis lain bisa  dikatakan lebih unggul. Karena merupakan media yang canggih dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan  mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggu-nakan argumentasi yang realistis.
c.         Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.
d.        Dari aspek ekonomi: secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.
Kekurangan media Lembar Kerja Siswa
a.       Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan.
b.      Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahmi bagian-bagian tertentu.
c.       Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
d.      Tidak mengakomodasi siswa dengan kemampuan baca terbatas karena media ini ditulis pada tingkat baca tertentu.
e.       Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.
f.       Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagaian guru yang menuntut siswanya untuk menghafal data, fakta dan angka. Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk alat menghafal.
g.      Kadangkala memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban kognitif yang besar kepada siswa.
h.      Presentasi satu arah karena bahan ajar ini tidak interaktif sehingga cendrung digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai.
Dalam penyusunan proposal ini peneliti menggunakan LKS yang berjudul Faktor Sekutu.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Waktu dan Tempat Penelitian
      Penelitian ini dilaksanakan di SDN kragilan 1 yang bertempat di Jln. Raya Jakarta- Serang KM. 15 Kragilan 42184, peneliti melakukan uji coba pada kelas V C semester I tahun ajaran 2015/2016.

B.     Metode Penelitian
      Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian deskriptif karena penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
      Menurut Best (1982:119) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan memanipulasi variabel penelitian. Penelitian deskriptif banyak membantu terutama dalam penelitian yang bersifat longitudinal, genetik dan klinis. Penelitan deskriptif pada umumnya dilakuka dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat..
Dua alasan para peneliti menggunakan penelitian deskriptif, yaitu :
1.      Dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif.
2.      Metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkahlaku manusia.
            Ciri-ciri penelitian deskriptif :
1.      Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak.
2.      Merancang cara pendekatannya, hal ini meliputi macam datanya, penentuan sampelnya, penentuan metode pengumpulan datanya, melatih para tenaga lapangan dan sebagainya.
3.      Mengumpulkan data.
4.      Menyusun laporan.
Macam-macam penelitian deskriptif
1.      Penelitian Laporan Diri (Self – Report Research)
Dalam penelitian self-report ini peneliti dianjurkan menggunakan teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat kegiatannya dalam situasi yang alami. Tujuan observasi langsung adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian self-report, peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu lainuntuk memperoleh data, termasuk misalnya dengan menggunakan perlengkapan lain seperti catatan, kamera dan rekaman. Alat-alat tersebut digunakan terutama untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data dari lapangan. Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti yang dengan model self-report adalah bahwa dalam menggunakan metode observasi dan melakukan wawancara, para peneliti harus dapat menggunakansecara simultan untuk memperoleh data yang maksimal.
2.      Studi Perkembangan (Developmental Study)
Studi perkembangan atau developmental study banyak dilakukan oleh peneliti dibidang pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku. Dalam penelitian perkembangan tersebut peneliti tertarik dengan variabel yang utamanya membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau kedewasaan subjek yang diteliti.
Studi perkembangan biasanya dilakukan dalam periode longitudinal dengan waktu tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan dimensi yang terjadi pada seorang responden. Dimensi yang sering menjadi perhatian peneliti ini, misalnya : intelektual, fisik, emosi, reaksi terhadap perlakuan tertentu, dan perkembangan sosial anak. Studi perkembangan ini bisa dilakukan baik secara cross-sectional atau longitudinal.
3.      Studi Kelanjutan ( Follow-up Study)
Studi kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah beberapa periode waktu tertentu memperoleh perlakuan, misalnya program pendidikan. Studi kelanjutan ini dilkukan untuk melakukan evaluasi internal maupun evaluasi eksternal, setelah subjek atau responden menerima program disuatu lembaga pendidikan. Dalam penelitian study kelanjutan biasanya peneliti mengenal istilaah antara output dan outcome. Output (keluaran) berkaiatann dengan informasi hasil akhir setelah suatu program yang diberikan kepada subjek sasaran diselesaikan. Sedangkan yang dimaksud dengan data yang diambil dari outcome (hasil) biasanya menyangkut pengaruh suatu perlakuan. Misalnya program pendidikan kepada subjek yang diteliti setelah mereka kembali ke tempat asal yaitu masyarakat.
4.      Studi Sociometrik (Sosiometric Studi)
Sosiometrik adalah analisis hubungan antar pribadi dalam suatu kelompok individu. Prinsip teori studi sosiometrik pada dasarnya adalah menanyakan pada masing-masing anggota kelompok yang diteliti untuk menentukan dengan siapa dia paling suka, untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok. Pada kasus ini dia dapat memilih 1 atau 3 orang dalam kelompoknya. Dari setiap anggota, peneliti akan memperoleh jawaban yang bervariasi. Dengan menggunakan gambar sosiogram, posisi seeorang akan dapat diterangkan kedudukannya dalam kelompok organisasi.
Beberapa istilah yang digunakan dalam sosiogram, antaralain:
1.      “bintang” diberikan kepada mereka yang paling banyak dipilih oleh anggotanya`
2.      “terisolasi” diberikan kepada mereka yang tidak banyak dipilih oleh para anggota dalam kelompok.
3.      “klik” diberikan kepada kelompok kecil anggota yang saling memilih masing-masing orang dalam kelompoknya. 
           Dibidang pendidikan, sosiometrik telah banyak digunakan untuk menentukan hubungan variable status seseorang misalnya pemimpin formal, pemimpin dalam lembaga pendidikan atau posisi seseorang dalam kelompoknya dengan variabel lain dalam kegiatan pendidikan.
           Adapun langkah-langkah peneliti untuk melaksanakan penelitian deskriptif adalah:
1.      Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkkan melalui metode deskriptif.
2.      Membatasi dan merumuskan permasalahn secara jelas.
3.      Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
4.      Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan
5.      Menentukan kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipoteis penelitian.
6.      Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen pengumpulan data, dan menganalisis data.
7.      Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.
8.      Membuat laporan penelitian.

C.    Pengolahan Data
      Mengolah data adalah proses persiapan sebelum dilakukan analisis data, yaitu pencocokan (cecking), pemberian label (Labeling), dan memberikan kode (koding). Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan selisih antara dari hasil tes  awal dan hasil tes akhir dengan menggunakan tabel.
BAB IV
 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Lokasi dan Kondisi Tempat Penelitian
      Pada penelitian kali ini dilakukan di SDN Kragilan 1 yang beralamat di Jln. Raya Jakarta- Serang KM. 15 Kragilan, lokasi SDN Kragilan 1 ini tepat berada dipinggir jalan raya berarti sangat strategis dan mudah terjangkau, sekolah ini memiliki visi dan misi “merubah untuk membangun pendidikan yang berkualitas dan berbudi luhur, 1) aktif dalam kegiatan belajar di segala bidang; 2)kreatif dalam bidang teknologi dan dapet memanfaatkannya; 3)berkualitas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi”.
      Sekolah ini pun berdekatan dengan gedung PGRI kecamatan Kragilan. Adapun kondisi sekolah ini cukup baik, ini memiliki 12 ruang, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, dan 1 ruang Tata Usaha (TU), kantin sehat, mushala, beberapa ruang praktek dan ekstrakulikuler, 1 ruangan pepustakaan, ruang computer, kamar mandi guru,  kamar mandi siswa putra,  kamar mandi siswa putri masing-masing 1 ruangan, dan lapangan olahraga serta lapangan upacara yang cukup luas .
Selain itu banyak fasilitas belajar mengajar di sekolah ini sudah sangat memadai dan cukup lengkap, mulai dari kebutuhan belajar mengajar sampai fasilitas ekstrakulikuler, karena fasilitas yang memadai dapat memancing siswa dengan mudah untuk berperan aktif serta mengembangkan potensi dirinya. Dalam kondisi kelas sekolah ini dapat dibilang cukup lengkap, mulai dari papan tulis, kipas angin, gambar Presiden dan Wakil Presiden, hasil-hasil karya siswa yang dipajang didalam kelas, jam dinding dan banyak lainnya, sehingga membuat keadaan kelas berwarna dan tidak monoton. Akan tetapi ada beberapa kondisi kelas yang sangat memprihatinkan, bukan berarti dari fasilitas yang kurang memadai akan tetapi ukuran rangannya terlalu kecil atau jumlah siswanya terlalu banyak dalam beberapa ruang kelas, ini yang terbilang tidak efektif dan kurang ideal dalam kegiatan pembelajaran, idealnya dalam satu kelas terdiri dari 20-25 siswa saja, namun di sekolah ini khususnya kelas V c terdiri dari 39 siswa dengan ukuran kelas yang kurang ideal, namun dengan keadaan seperti inipun tidak mematahkan semangat mereka untuk mencari ilmu, belajar di ruang kelas tercinta.
Karena pandangan baik masyarakat pada sekolah ini dan penerimaan siswanya tidak dibatasi dan diperketat, maka jumlah siswa setiap tahunnya meningkat akhirnya terjadi kurangnya ruangan, SDN Kragilan 1 membagi jam belajar untuk beberapa kelas khususnya kelas 1 dan 2 pada waktu siang hari pukul 13.00 – 16.00 WIB. Walaupun begitu tidak mematahkan semangat belajar siswa kelas 1 dan 2 ini karena berawal dari semangat guru untuk belajar bersama mereka. Namun, ini yang menjadi sedikit ketidaknyamanan bagi mereka yang menjadi kelas pergantian, akan tetapi ini sudah menjadi kebiasaan mereka untuk saling memaklumi.
Selain itu, banyak jenis perlombaan yang sering diikuti sekolah ini baik dari jenis akademik, ekstrakulikuler, ataupun jenis perlombaan lainnya yang bersifat membina, melatih dan mendidik.
Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan SDN Kragilan 1 sebanyak 27 orang, yang menjabat sebagai kepala sekolah tahun 2015/2016 ini adalah pak JAMHURI, S.Pd, MM. Adapun jumlah keseluruhan siswa SDN Kragilan 1 adalah 801 orang, dengan jumlah siswa putera 444 orang dan jumlah siswa puteri adalah 357 orang.
Warga SDN Kragilan 1 sangat ramah baik pendidik, tenaga kependidikan, ataupun siswa siswinya, begitu kami tiba di sekolah untuk meminta ijin siswa-siswi sekolahpun langsung menghampiri dan memberi salam, kemudian mengantarkan menuju ruang guru dan ruang kepala sekolah. Dengan senang hati kepala sekolahnya langsung memberikan ijin padahal kami belum membawa surat pengantar untuk itu, akhirnya kami berusaha untuk dekat dengannya dan pendidik yang lainnya.
Ketika peneliti dekat dengan salah satu guru kelas V C yaitu ibu Yeyet, kemudian berusaha untuk lebih dekat membicarakan persoalan proses pembelajaran yang dilakukannya dengan jumlah siswa kelas V C ini sebanyak 39 orang, “siswa kelas ini sangat aktif dan antusias ketika dalam kondisi belajar, namun keantusiasan mereka hanya beberapa siswa saja yang bisa bertahan lama” ujar ibu Yeyet sebagai guru kelas V C. setelah lama berbincang, maka peneliti mendapatkan suatu permasalahan pembelajaran yakni dalam materi KPK dan FPB dalam mata pelajaran matematika.

B.     Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
      Penelitian yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan KPK dan FPB pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas V SDN KRAGILAN 1” bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa setelah menggunakan model kooperatif dengan tipe NHT (Number Heads Together), media papan faktor, modul/buku sekutu, dan LKS faktor sekutu.
      Penelitian ini dilakukan pada hari/tanggal Rabu, 05 Desember 2015 pukul 08.00 – 09.30 WIB, dimana pada minggu-minggu ini adalah satu minggu sebelum mereka UAS. Penelitian ini dilakukan di kelas VC dengan jumlah siswa 39 orang,  penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika khususnya tentang KPK dan FPB, karena dalam pengoperasian sebelumnya mereka hanya tahu menggunakan pohon faktor dan tidak menggunakan model yang khusus, maka peneliti mencoba menerapkan model baru bagi mereka siswa kelas V C dan membuat media baru pula yang pada kenyataannya mereka baru menemukan media seperti peneliti gunakan.
      Peneliti menggunakan model kooperatif dengan tipe NHT (Number Heads Together) dimana pada model ini siswa dituntut belajar berkelompok dan bekerjasama akan tetapi dalam penyelesaian soalnya siswa ditutut untuk melakukan pekerjaan itu secara individu, dari hasil setiap anggota dikumpulkan menjadi hasil akhir kelompok mereka, dalam pembelajaran menggunakan model tipe NHT ini masing-masing siswa memegang kartu angka yang diberikan guru dengan angka setiap siswa berbeda-beda. Dalam tipe NHT ini, guru menunjuk atau mengambil kocokan yang telah dipersiapkan sebelumnya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok masing-masing, kemudian angka yang terambil atau muncul maka salah satu siswa yang memegang angka tersebut maju untuk menjelaskan apa yang telah mereka pelajari.
      Dalam pembelajaran kali ini peneliti menggunakan media yang diberi nama Papan Faktor, Lembar kerja siswa yang diberi nama Faktor sekutu, modul dengan nama Buku Sekutu. Selain itu peneliti juga membuat kartu angka berbeda yang akan dibagikan ke masing-masing siswa beserta angka kocokan yang akan menentukan siapa yang mewakili. Ini semua dipersiapkan guna sebagai penunjang dalam upaya memberikan solusi terhadap permasalahan yang ditemukan di lapangan.
      Adapun dalam kegiatan pembelajarannya ini dilakukan dalam satu hari mencakup penerapan/penggunaan model, modul/buku ajar, media, LKS, lembar kerja pre test dan lembar kerja post tes  yang telah dipersiapkan.
      Berikut adalah gambaran dari rancangan perangkat pembelajaran dan pemaparan pengalaman pada saat peneliti mengajar dengan menggunakan penunjang yang telah dipersiapkan:
1.      Pembukaan
            Sebelum proses pembelajaran dimulai peneliti diarahkan dan diperkenalkan oleh guru kelas V C.
            Ketika peneliti masuk kelas dan memberi salam, sebagian siswa ada yang tahu saya ternyata ini adalah siswa yang pernah saya kunjungi sebelumnya tetapi dalam kelas yang berbeda, maksudnya ketika mereka kelas IV saya pernah mengunjungi mereka dalam keperluan yang berbeda, mereka masih sedikit ingat apa yang pernah saya berikan pada mereka, sayapun beberapa orang dari mereka masih ingat nama-namanya, ini semakin saya merasa nyaman dengan mereka. Beberapa menit mereka mengajak bercerita atau mengulang kejadian pada saat mereka masih duduk di kelas empat. Tak lama kemudian, karena teriring waktu yang mengingatkan maka saya langsung memulainya.
            Sebelum pembelajaran dimulai saya meminta kepada Ketua Murid di kelas ini untuk mengajak teman-temannya berdoa sebelum pembelajaran di mulai menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Sebelum melanjutkan pada kegiatan selanjutnya saya memperkenalkan diri kembli karena ada sebagian siswa yang belum kenal dan menyampaikan peraturan main atau peraturan/tata tertib pembelajaran kali ini, dan meminta siswa agar tempat duduk mereka membentuk huruf U dengan intrupsi dan bibmingan guru. Setelah selesai berdoa saya kembali menyapa siswa kelas V C dengan penuh kegembiraan karena tidak disengaja bertemu lagi dengan mereka, sambil sapa menyapa saya pun menanyakan tetang kabar mereka, Alhamdulillah semua dalam keadaan sehat dan bugar. Setelah itu, sedikit mengulas tentang materi yang masih mereka ingat ataupun yang sudah mereka dapatkan. Kemudian menyampaikan pembelajaran hari itu yaitu mengenai KPK dan FPB, dan penyampaikan tujuan pembelajaran.
            Kegiatan selanjutnya yaitu membagikan lembar soal pre tes yang akan didisi oleh masing-masing tanpa melihat atau meminta jawaban pada temannya, tes awal ini bertujuan untuk mengukur kemapuan siswa dalam pemahamannya sebelum mendapat penjelasan dari guru. Kegiatan awal ini berlangsung 25 menit (08.00 – 08.25 WIB).

2.      Kegiatan inti
            Sebelum masuk kegiatan inti saya mengajak siswa bernyanyi bersama sambil membagikan kartu angka secara acak, setelah masing-masing siswa mendapatkan kartu angka, maka guru membagi kelas V C menjadi 8 kelompok secara heterogen sesuai dengan angka yang dimilikinya.  Setelah itu masuk ke kegiatan inti yakni membahas tentang KPK dan FPB, dengan antusias siswa mengajukan pendapatnya mengenai KPK dan FPB. Guru menerima dan meluruskan pendapat mereka.
            Guru membagikan modul yang berjudul “Buku Sekutu”, buku ini dibagikan pada masing-masing kelompok kemudian mereka membacanya dengan bimbingan guru. Guru mengambil angka kocokan kemudian siswa yang memiliki angka  yang keluar tersebut harus berani maju untuk menjelaskan tentang KPK dan FPB yang tertera dalam modul maupun dalam bimbingan guru. Begitupun selanjutnya sampai pengoperasian dalam cara penyelesaiannya.
            Setelah selesai membahas yang tertera di modul, maka guru mencoba menggunakan media pembelajaran yang diberi nama “Papan Faktor” dalam proses perhitungannya, media ini dapat digunakan mengoperasikan 2 sampai 3 angka dalam penentuan KPK ataupun FPB. Agar lebih jelas dan siswa dapat mencoba media ini maka guru membagikan Lembar Kerja Siswa yang diberi nama Faktor Sekutu yang berisikan langkah kerja dan peanentuang angka yang akan dioperasikan (masing-masing kelompok berbeda) dikerjakan secara berkelompok maju untuk menggunakan media secara bergantian, dalam LKS tertera langkah yang harus siswa lakukan untuk menggunakan media pembelajaran secara bergantian sampai semua kelompok selesai. Namun, dalam penentuan siapa yang akan menyelesaikannya tetap digunakan angka kocokan.
            Setelah pemaparan materi, penggunaan modul dan media sudah tersampaikan, maka lembar kerja kedua (pos tes) dibagikan kemudian diisi oleh masing-masing siswa, guna untuk melihat perbandingan hasil yang diperoleh setelah pemaparan materi menggunakan system pendukung baik dari modul ataupun media yang digunakan. Kegiatan inti selesai dalam waktu 45 menit

3.      Kegiatan akhir (Penutup)
            Pada kegiatan akhir ini saya mengambil angka kocokan kembali dan siswa yang memegang angka tersebut maju untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan hari ini lebih tepatnya memberi kesimpulan pembelajaran, setelah siswa memberikan kesimpulan maka saya pun memberikan kesimpilan dan penguatan mengenai pembelajaran hari ini, menginformasikan pembelajaran yang akan datang. Guru memberikan motivasi kepada siswa, kemudian Guru meminta salah satu siswa untuk mempin doa sebelum diakhirinya pembelajran hari ini, kemudian memberikan salam.

C.    Deskripsi data Hasil Tes Belajar
Data tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes ditujukan kepada siswa kelas V C SDN Kragilan 1 dengan menggunakan dua perbandingan, yakni tes awal yang disebut Pre test dan tes akhir yang yang disebut Post test.
      Pre Test ini dilakukan pada saat kegiatan awal (pembukaan), dilakukannya pre test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal  siswa dalam pengetahuannya mengenai KPK dan FPB baik dari definisi ataupun proses pengoperasiannya dalam menyelesaikan soal KPK atau FPB baik dalam bentuk cerita ataupun bukan soal cerita pada siswa kelas V C S Tahun Ajaran 2015/2016. Dan Post test adalah tes kedua yang diselesaikan secara individu dan diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil pre test dan post tes dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 1
NILAI HASIL PRE TEST DAN POST TEST
NO
NAMA
NILAI
KETERANGAN
PRE TEST
POST TES
1
AISYAH RAMADANTI
60
100
Meningkat
2
AIYA AUYANTI ASYAFAH
30
60
Meningkat
3
AMRULLAH
25
60
Meningkat
4
ANDRE AZFA AFIA HANAN
35
100
Meningkat
5
ANGGA ROHMANSYAH
10
60
Meningkat
6
ANIAN IDA FADILAH
35
60
Meningkat
7
AYU PUJI LESTARI
25
40
Meningkat
8
AZI Y
45
80
Meningkat
9
BUNGA HILYATUL A
0
60
Meningkat
10
DINDA PUSPITA FEBRIANI
40
80
Meningkat
11
DZOCKY NURSYAM AKBAR
30
50
Meningkat
12
ERLANGGA BINTANG P
20
60
Meningkat
13
FAJAR NUGROHO
20
80
Meningkat
14
HENDI JOHANDROTUA SIMANULLANG
25
90
Meningkat
15
INDAH RAHAYU
60
70
Meningkat
16
INTAN PERMATA SARI
0
65
Meningkat
17
IRFAN A
25
80
Meningkat
18
JIHAN NASYA AZAHRA
50
60
Meningkat
19
LIA SAFITRI
0
50
Meningkat
20
M FARHAN
0
40
Meningkat
21
M IDRENT.I.P
10
100
Meningkat
22
M ILHAM RAMADAN
10
60
Meningkat
23
M RENDI SYAPUTRA
10
40
Meningkat
24
M RIKO S
10
40
Meningkat
25
M ROZANI
30
40
Meningkat
26
MAULANA MAJID IBRAHIM
20
60
Meningkat
27
PUTRA DUANA ARYA K
45
70
Meningkat
28
PUTRI SIARAS ISTIQOMAH
30
80
Meningkat
29
RAYAN NURFARIZKY
10
50
Meningkat
30
RESTU. C
45
70
Meningkat
31
RIPALDI SAPUTRA
30
90
Meningkat
32
RIYAN FIRMANSYAH
50
50
Tetap
33
RIYAN RADITIYA MARDATIARA
45
60
Meningkat
34
RIYAN SAPUTRA
30
50
Meningkat
35
ROSALIA
25
60
Meningkat
36
RURI YULIA MISWANTI
40
80
Meningkat
37
SELA J
0
80
Meningkat
38
SHELLA LUTFIA AFIFAH
55
90
Meningkat
39
TRI SULARNI
45
60
Meningkat

JUMLAH
1075
2575

SKOR RATA-RATA
53.75
128.75


Table 2
NILAI PRE TEST
NO
NAMA
NILAI
PRE TEST
1
AISYAH RAMADANTI
60
2
AIYA AUYANTI ASYAFAH
30
3
AMRULLAH
25
4
ANDRE AZFA AFIA HANAN
35
5
ANGGA ROHMANSYAH
10
6
ANIAN IDA FADILAH
35
7
AYU PUJI LESTARI
25
8
AZI Y
45
9
BUNGA HILYATUL A
0
10
DINDA PUSPITA FEBRIANI
40
11
DZOCKY NURSYAM AKBAR
30
12
ERLANGGA BINTANG P
20
13
FAJAR NUGROHO
20
14
HENDI JOHANDROTUA SIMANULLANG
25
15
INDAH RAHAYU
60
16
INTAN PERMATA SARI
0
17
IRFAN A
25
18
JIHAN NASYA AZAHRA
50
19
LIA SAFITRI
0
20
M FARHAN
0
21
M IDRENT.I.P
10
22
M ILHAM RAMADAN
10
23
M RENDI SYAPUTRA
10
24
M RIKO S
10
25
M ROZANI
30
26
MAULANA MAJID IBRAHIM
20
27
PUTRA DUANA ARYA K
45
28
PUTRI SIARAS ISTIQOMAH
30
29
RAYAN NURFARIZKY
10
30
RESTU. C
45
31
RIPALDI SAPUTRA
30
32
RIYAN FIRMANSYAH
50
33
RIYAN RADITIYA MARDATIARA
45
34
RIYAN SAPUTRA
30
35
ROSALIA
25
36
RURI YULIA MISWANTI
40
37
SELA J
0
38
SHELLA LUTFIA AFIFAH
55
39
TRI SULARNI
45

JUMLAH
1075
SKOR RATA-RATA
53.75

60, 60, 55, 50,50, 45, 45, 45, 45, 45, 40, 40, 35, 35, 30, 30, 30, 30, 30, 30, 25, 25, 25, 25, 25, 20, 20, 20, 10, 10, 10, 10, 10, 10, 0, 0, 0, 0, 0.
n = 39
Nilai tertinggi = 60
Nilai terendah = 0
1.      Rentang    = nilai gertinggi – nilai terendah
                 = 60 – 0
                 = 60
2.      Banyak kelas interval       = 1 + 3,3 log n
                                         = 1 + 3,3 (log 60)
                                         = 1 + 3,3 (1,77)
                                         = 1 + 5,84
                                         = 6,84
                                         = 6
Jadi, banyak kelas yang diambil adalah 6.
3.        Panjang kelas interval      = rentang : banyak kelas                                
                                         = 60 : 6
                                         = 10    
TABEL 3
Distribusi Frekuensi Nilai Pre Test
Interval
fi
xi
fi.xi
xi2
fi.xi2
0 – 10
5
5
25
25
625
11 – 21
6
16
96
256
1536
22 – 32
3
27
81
729
2187
33 – 43
5
38
190
1444
7220
44 – 54
6
49
294
2401
14406
56– 66
4
61
244
3721
14884
Jumlah
39
196
930
8576
40858


Xi = batas atas + batas bawah
                                    2




TABEL 4
NILAI POST TEST
NO
NAMA
NILAI
POST TES
1
AISYAH RAMADANTI
100
2
AIYA AUYANTI ASYAFAH
60
3
AMRULLAH
60
4
ANDRE AZFA AFIA HANAN
100
5
ANGGA ROHMANSYAH
60
6
ANIAN IDA FADILAH
60
7
AYU PUJI LESTARI
40
8
AZI Y
80
9
BUNGA HILYATUL A
60
10
DINDA PUSPITA FEBRIANI
80
11
DZOCKY NURSYAM AKBAR
50
12
ERLANGGA BINTANG P
60
13
FAJAR NUGROHO
80
14
HENDI JOHANDROTUA SIMANULLANG
90
15
INDAH RAHAYU
70
16
INTAN PERMATA SARI
65
17
IRFAN A
80
18
JIHAN NASYA AZAHRA
60
19
LIA SAFITRI
50
20
M FARHAN
40
21
M IDRENT.I.P
100
22
M ILHAM RAMADAN
60
23
M RENDI SYAPUTRA
40
24
M RIKO S
40
25
M ROZANI
40
26
MAULANA MAJID IBRAHIM
60
27
PUTRA DUANA ARYA K
70
28
PUTRI SIARAS ISTIQOMAH
80
29
RAYAN NURFARIZKY
50
30
RESTU. C
70
31
RIPALDI SAPUTRA
90
32
RIYAN FIRMANSYAH
50
33
RIYAN RADITIYA MARDATIARA
60
34
RIYAN SAPUTRA
50
35
ROSALIA
60
36
RURI YULIA MISWANTI
80
37
SELA J
80
38
SHELLA LUTFIA AFIFAH
90
39
TRI SULARNI
60

JUMLAH
2575
SKOR RATA-RATA
128.75

40, 40, 40, 40, 40, 50, 50, 50, 50, 50, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 65, 70, 70, 70, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 90, 90, 90, 100, 100, 100.
N = 39
Nilai maksimal = 100
Nilai minimal = 40
1.      Rentang     = nilai maksimal – nilai minimal
                  = 100 – 40
                  = 60

2.      Banyak kelas interval        = 1 + 3,3 log n
                                         = 1 + 3,3 (log 60)
                                         = 1 + 3,3 (1,77)
                                         = 1 + 5,84
                                         = 6,84
                                         = 6
Jadi, banyak kelas yang diambil adalah 6.

3.      Panjang kelas interval       = rentang : banyak kelas                                
                                         = 60 : 6
                                         = 10

TABEL 5
DISTRIBUSI FREKUENSI NILAI POST TEST
Interval
fi
xi
fi.xi
xi2
fi.xi2
40 – 50
10
45
450
2025
20250
51 – 61
12
56
672
3136
37632
62 – 72
4
67
268
4489
17956
73 – 83
7
78
546
6084
42588
84 – 94
3
89
267
7921
23763
95 – 105
3
100
300
10000
30000
Jumlah
39
435
2503
33655
172189

Xi = batas atas + batas bawah
                                    2




D.    Pembahasan
      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika mengenai KPK dan FPB di kelas V C SDN Kragilan 1. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar melalui kegiatan ini. Soal tes berupa uraian yang harus dicari hasilnya oleh siswa, jumlah soal pada pre test dan post tes masing-masing 5 butir soal, skor maksimum pada tes ini adalah 100, satu butir soal masing- masing  memiliki skor 20.
      Berdasarkan analisis data tes, rata-rata skor siswa pada pre test adalah 53,75. Pada pre test ini ada beberpa siswa yang tidak bisa mengisi atau blum ada motivasi untuk menyelesaikan soal tersebut. Akan tetapi jika dilihat dari rata-rata skor siswa pada post test adalah 128.75, ini lebih meningkat dan terlihat motivasi dan keinginan siswa untuk menyelesaikan soal tersebut. Dilihat dari perbandingan antara pre test dan post tes adalah selisih 75.

BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
      Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis data tentang perbandingan hasil belajar antara Pre test dan Post test pada mata pelajaran matematika tentang KPK dan FPB dikelas V C SDN KRAGILAN 1 tahun ajaran 2015/2016, diketahui bahwa hasil yang didapat antara pre test dan post tes mengalami peningkatan (lihat table 1).
      Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar antara pre test dengan post test yang dilakukan pada mata pelajaran Matematika di kelas V C SDN KRAGILAN 1.
      Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif dengan tipe NHT (Number Heads Together), modu/buku sekutu, LKS faktor sekutu, media Papan faktor, pre test dan post tes. Kegiatan belajar seperti ini yang membuat siswa semangat untuk belajar, karena dalam penggunaan system pendukung ini siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru, system pendukung ini membuat siswa aktif dalam belajar.
      Sedangkan yang membuat hasil belajar siswa tidak sesuai apa yang diharapkan adalah pembawaan ketika mengajar baik dari kesiapan guru mengajar ataupun hal lain yang membuat siswa tertarik untuk belajar.
      Kelebihan dan kelemahan model serta system pendukung dalam pembelajaran ini adalah siswa menjadi terlalu aktif, maka kita sebagai guru harus mempunyai cara agar siswa dapat dikendalikan dengan baik oleh kita.

B.     Saran
      Setelah melakukan penelitian, penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu pada saat proses belajar siswa diharapkan siswa lebih aktif dengan bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dimengerti dan membisakan menjawab dengan bahasa sendiri agar mudah dimengerti dan diingat oleh siswa.
      Dalam penggunaan pre test dan post tes atau pun system pendudukung lainnya hendaknya diterapkan pada kelas yang jumlahnya tidak terlalu padat dengan cara membentuk maksimal 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang, sehingga siswa benar-benar melakukan aktivitas sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ingin dicapai.
      Sebaiknya guru selalu mempertimbangkan model, metode, bahan ajar, atau system pendukung akan digunakan ketika mengajar agar proses pembelajaran mencapai tujuan yang ingin dicapai.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar.  2011. Media Pembelajaran. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Cholid, Abu. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara
Karso, dkk. 2009. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka
Khairunnisa, Afidah. 2014. Matematika Dasar. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Majid abdul.2014.Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda karya (halaman 120-129).
Narbuko, Kholid.  2009. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. (halaman 131-146/ 147-166/ 285-290/ 321-322).
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group (halaman 211-215 / 219 /241-245 / 247 / 249/255-257 / 262-263 / 272).
Sukardi. 2009. METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara (halaman 51-55).
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar